45- Panik

989 Kata

12 jam sebelumnya   Akbar menatap jalanan macet di depannya. Ia mengumpat dengan kesal. Saat ini ia sudah telat menjalani rapat bersama Radit dan karyawan lainnya,  namun jalanan di depannya malah semakin macet. Matanya mengedar. Lalu memperhatikan ada ambulan yang menuju ke arah paling depan. Mobilnya hanya berjarak dua mobil dari tempat di mana ambulan itu berhenti. Kini Akbar bisa menduga jika ada kecelakaan di depan sana. Ia melihat banyak orang berlarian mendatangi tempat kejadian itu, dan berkerumun. Ia kini pasrah saja, toh telatnya ia bukan karena salahnya. Tangan Akbar kini mengeluarkan ponsel di sakunya dan berniat menelepon Sekretaris rapat itu, ia mencari kontak Dewi, dan segera menghubunginya.   "Halo, Mbak Dewi." Akbar memulai pembicaraan. "Iya, ini, lagi macet. S

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN