"Itu bukannya gadis yang pernah dikenalin Radit ke kita, ya?" Dewi berdiri di samping Kino dan bertanya padanya. Pandangannya tak lepas dari dua orang di lantai bawah. Ia menatap bingung pada Tari dan Akbar yang tengah mengobrol itu. "Kok dia bisa kenal sama klien kita?" tanyanya lagi. "Katanya dia itu teman kuliahnya Akbar." Kino menyahuti. Dewi bersidekap. "Dia yang katanya kemarin pingsan karena lihat darah itu?" Kemudian ia mendecak lidah. "Kok cemen banget, sih!" Kino menyelanya. "Jangan gitu!" Kemudian ia mendekat. "Kamu iri ya sama dia karena udah rebut Radit dari kamu?" Pemuda itu meledeknya. "Aku? Iri sama dia?" Dewi memandang Kino dengan sewot. "Enak aja!" Lalu ia mengibaskan rambutnya. "Aku jauh lebih cantik dari dia!" "Dih!" Kino memasang raut hampir m