Deg! Rahel membeku, sekujur tubuhnya seperti tersengat aliran listrik. "L-lucas?" panggilnya dengan suara yang entah kenapa gemetar sendiri. Tut. Ia berdiri panik dari tempat duduknya, menatap sambungan telepon yang tiba-tiba mati setelah terdengar suara klakson motor yang memekakan telinga membuat pikirannya mulai kalut. Dengan cepat ia kembali mendial nomor kekasihnya itu namun justru notifikasi dari operator yang mengatakan jika nomor tersebut tidak aktif. Rahel menelan ludah dengan pikiran yang sudah benar-benar kacau, ia bergegas keluar ruangannya dengan keringat yang bercucuran hebat dan wajah pucat, ia jelas tahu apa yang sekarang otaknya pikirkan namun ia mati-matian membantah pemikirannya itu. "Bu mau kemana? Habis ini—" "Handle dulu saya ada urusan penting!" tegasnya tanp