Arham kembali ke kamar sebelah, dia tidak bisa terus satu kamar dengan Rena, bisa-bisa ia tidak bisa mengendalikan diri lagi untuk melanjutkan kejadian beberapa menit yang lalu, Arham mengacak-acak rambut kemudian membaringkan diri. “Bisa-bisanya aku hampir melakukan itu, padahal Rena baru saja mengakui kalau dia setuju suatu saat aku melamarnya. Ayolah Arham, tahan dirimu. Ini bukan waktunya, tunggulah hari jadi saat Rena jadi istrimu baru kau boleh menyentuhnya.” Arham bermonolog pada dirinya sendiri. “Kalau sudah kayak gini pasti pandangan Rena tentangku berubah, pasti dia mikir aku ini cowok mesuum, astaga. Aku harus bagaimana sekarang kalau berhadapan sama Rena lagi. Aku terlalu senang sampai-sampai lupa situasinya itu kayak gimana.” Arham menepuk nepuk keningnya. “Jangan mentang-m