Rena dan Arham lagi-lagi masih di sekolah di saat para siswa lain pada pulang, tapi mereka sekarang tidak berdua, ada Dina yang mengikut. “Kak Rena yakin pernah lihat Adisa di sini?” tanya Dina. “Sebelum aku jawab aku mau nyanya, seberapa sering Adisa di suruh-suruh kayak pembantu sama tiga geng cewek bandel itu?” “Hampir tiap hari kak, bahkan kadang Adisa sampai gak masuk sekolah karena sakit, tapi setiap kali aku mau jenguk Adisa di rumahnya, Adisa gak kasih ijin, jadi sampai sekarang aku gak tau rumahnya.” Dina melihat sekilas layar ponselnya untuk melihat sekarang pukul berapa. Dina duduk di kursi kayu ujung koridor, Arham sendiri berdiri sambil berkacak piggang menatap lokasi belakang sekolah yang mulai rimbun oleh rumput liar dan dedaunan kering. “Sudah berapa lama kira-kira Adi