Ayam belum berkokok, tapi Kirana sudah terjaga. Matanya yang sayup, deru nafasnya yang berat, benar menandakan bahwa tidurnya tidak senyenyak seperti biasanya. Yah, Kirana memang kehilangan jadwal tidurnya yang nyenyak sejak mengetahui bapaknya sudah tiada. Dan sekarang—meskipun Pak Damar sudah menjadi suaminya sekalipun, tidurnya semakin tidak beraturan. Malam terakhir—ah, Kirana tidak bisa menyebutnya sebagai apa. b******a? Bukankah hal itu bisa disebut sebagai b******a karena kedua belah pihak saling mencintai? Tapi yang terjadi di antara Pak Damar dan Kirana, apakah bisa disebut saling mencintai? Entahlah, hanya mereka sendiri yang tahu jawabannya. Namun satu yang pasti. Badan Kirana pegal semua. Entah apa yang dilakukan Pak Damar pada badannya yang mungil hingga nyeri semua sepert

