“Alhamdulillah, aku sangat baik, Mas. Aku juga merindukanmu …” Deg! Langkah kaki Aiyaz tiba-tiba terhenti. Dia berbalik badan, menatap Caca yang masih berada di ranjang. “…” Caca menangkap Aiyaz yang berdiri memandangnya. Dia memberi isyarat mata seraya bertanya ada apa pada pria bertubuh polos itu. Namun, Aiyaz masih saja diam dan tidak mau menjawabnya. Caca langsung berpikir sejenak. Yah, dia keceplosan mengatakan rindu pada temannya ini. Caca menjauhkan ponsel dari telinganya. “Dia hanya teman lamaku, Mas. Nanti akan aku ceritakan, okay?” ujarnya berbisik. Aiyaz masih diam saja menatap Caca yang kembali berteleponan dengan teman prianya. Entah kenapa ubun-ubunnya seperti mengeluarkan gumpalan asap. Dia berb