Dina menahan napas saat melihat Ridwan menyuap makanannya ke mulut. Dina menjadi cemas dan takut. Raut wajah sang papa mertua masih belum menunjukkan apa-apa. Dia masih mengunyah dengan tatapan mata yang tenang. Di sisi lain, suapan Dion juga melambat menunggu respon dari sang papa. Setelah bertarung cukup sengit di dapur, akhirnya duet maut antara Dina dan Dion berhasil menyuguhkan menu gulai telur daun pucuk ubi yang pedas manis. Ridwan mengangguk. "Emm ... rasanya enak sekali, Dina!" Pujian itu membuat aliran napas Dina lepas kembali. "A-aku tidak tahu apakah rasanya sesuai dengan keinginan Papa atau tidak. Karena masing-masing tangan orang itu memberikan cita rasa yang berbeda pada setiap masakan, walaupun resep dan cara memasaknya sama," ucap Dina. Ridwan tersenyum setuju. "Iya.