Sudah sejak lama, mereka--Pak Tua, Besi, Joni, Aul--tidak menonton televisi. Hari itu, cuaca sedang buruk. Hujan terus-menerus sejak dini hari. Tak ada yang lebih menyenangkan ketimbang duduk-duduk santai di dalam rumah, sambil menonton tayangan televisi. Keempat orang itu melakukannya, seolah segala hal yang menakutkan mereka sebelum ini, bisa dilipat dan disembunyikan di laci kamar, agar sejenak tak dilihat. Empat cangkir dengan isi rupa-rupa. Teh untuk Pak Tua, kopi untuk Besi, dan minuman cokelat hangat untuk dua pemuda yang masih tampak bocah di antara orang tua itu. "Seharusnya kita juga minum kopi," ucap Aul menggerutu. Ia bahkan tak bisa meminum sesuatu yang ingin diminumnya. "Kita di mata Pak Tua, mungkin adalah cucunya." "Dia itu bahkan lebih tua dari ukuran kakek-kakek pa