“Setelah delapan tahun kami bersama! Kenapa dia bisa membuangku begitu saja tanpa merasa bersalah dan kini bertunangan dengan wanita lain?”
Teriakan wanita bernama Zalma Yan memekik kencang di telinga sahabat wanitanya. Mata sang gadis tertutupi make up, tetapi kalau diamati terlihat bengkak akibat menangis sepanjang malam. Ditambah dengan beberapa gelas alkohol, maka semakin bengkaklah matanya.
“Delapan tahun! Delapan tahun dia dan aku berpacaran, Crysler! Dan hanya butuh waktu delapan bulan baginya untuk bertunangan dengan orang lain! Bisa kamu bayangkan itu! Delapan tahun terlupakan begitu saja!”
Sahabatnya yang bernama Crysler Mitchel mencoba untuk menenangkan. Meski dia sendiri sedang mabuk, tetapi Zalma lebih mabuk daripadanya. Lebih mabuk, lebih berteriak-teriak, dan lebih histeris.
“Aku mencintainya! Aku mencintai dia dan dengan sedemikian mudah dia membuangku! f**k you, Alex Stoneson! f**k you!” Zalma berteriak satu kali sambil memukuli meja bar. Isaknya mendadak tumpah ruah di pundak sang sahabat.
Mereka sedang berada di sebuah klub malam bernama The Markee. Ini adalah klub malam terbaik di kota Los Angeles. Biasa didatangi oleh para selebritis dan orang terkenal, juga para konglomerat.
Crysler kembali menghibur, “Ayolah, kita berdansa saja! Kita di sini untuk bersenang-senang, bukan? Kita di sini tidak untuk mengenang Alex Stoneson sialan itu! Sebaliknya, kita akan melupakan dia bersama lantunan musik menghentak! Yeah!”
Alex Stoneson adalah nama mantan pacar Zalma yang sudah menjalin kasih selama delapan tahun sebelum akhirnya wanita itu diputuskan sepihak. Dan kini, delapan bulan kemudian, salah satu pria terkaya di Eropa itu sudah memiliki wanita lain untuk diajak bertunangan.
Hati Zalma terlalu hancur untuk menerimanya. Dia yang tak mampu move on dari rasa cinta pada Alex hanya mampu berteriak dalam keadaan mabuk, setengah menangis dan memunguti serpihan asa yang berserakkan.
Itulah sebabnya dia berada di klub malam ini untuk bersenang-senang, untuk melupakan lelaki tersebut. Namun, meski sudah entah berapa gelas cocktail ia teguk habis, bukannya tertawa bahagia justru ia menangis.
Kini, Crysler sudah menarik tangan temannya itu untuk bergoyang di lantai dansa. Tubuh kedua wanita mulai meliuk dan berjingkrak-jingkrak mengikuti irama house music menggelegar dari speaker-speaker raksasa.
Dua orang lelaki memantau dari pinggir lantai dansa. Mereka adalah pengawal Zalma Yan. Jangan salah, gadis yang sedang patah hati itu adalah putri dari orang terkaya di Eropa. Ke mana pun langkah kaki bergerak akan selalu ada bodyguard mengikutinya.
“Tertawalah, Zalma! Ayo, tertawa yang keras dan teriakkan kesedihanmu di udara!” teriak Crysler sambil melompat-lompat.
Zalma terbahak meski tak tahu apa yang lucu. Hanya saja, karena sahabatnya menyuruh dia tertawa, plus dia sudah mabuk berat, maka ia tergelak saja. Tak lama, terdengar teriakannya, yaitu, “Mati saja kamu, Alex! Hahaha!”
Menggoyang pinggul yang ramping, mengangkat tangan ke atas, tubuh Zalma terus berdansa. Raganya yang seksi ditambah paras sedemikian cantik tentu menarik banyak perhatian kaum Adam.
Tak terkecuali lelaki yang kini datang entah dari mana, mendadak sudah ada di belakang tubuhnya ikut bergoyang. Lengan kekar sang lelaki merengkuh pinggang Zalma dan berbisik, “Kamu terlihat sangat seksi dan cantik.”
Terkejut, Zalma cepat berbalik dan melihat seorang lelaki tampan dengan mata cokelat sedang menatap sedalam lautan kepadanya. Ia mabuk, tetapi ia masih bisa menentukan apakah lelaki itu tampan atau tidak.
Terkekeh, ia lalu melingkarkan tangan di leher sang lelaki. Patah hati ditambah alkohol bukan perpaduan yang terlalu baik sebenarnya. “Kamu juga terlihat sangat gagah dan tampan!” Karena sekarang dia justru nampak ingin bermesraan dengan lelaki tersebut.
Keduanya tertawa, lalu berdansa bersama dengan kedua tangan saling menyentuh tubuh satu sama lain. Yang perempuan bergelayut di tengkuk kokoh, yang lelaki merengkuh pinggang ramping.
Crysler akhirnya berjoget sendiri karena sekarang sahabatnya sudah diambil alih oleh seorang lelaki. Tidak apa, dia juga sudah cukup mabuk untuk menyadari kalau dia sekarang berdansa sendirian.
Dua orang pengawal Zalma mulai mendekati majikan mereka. Akan tetapi, ternyata dari arah belakang sang lelaki juga terlihat tiga orang lelaki berbadan besar begerak.
“Kalian?” seru para bodyguard saling menunjuk satu sama lain.
Eh? Ya, ampun! Ternyata mereka saling kenal?
Para pengawal saling mengenal satu sama lain, tetapi majikan mereka sudah terlalu mabuk untuk bisa mengenal satu sama lain.
Lelaki berambut hitam kecokelatan mendekatkan bibirnya ke telinga Zalma. “Wanna get out of here?” Memberi usul untuk pergi dari klub malam.
“Ke mana?” gelak Zalma saat ditanya apa mau pergi dari sini.
“Ke sebuah tempat yang sepi, di mana kita bisa berduaan,” jawab lelaki itu juga tertawa. Tubuh kekar dan tinggi besar miliknya tidak lagi mampu berdiri tegak lurus, dia pun sedang mabuk berat ternyata.
“Aku belum tahu namamu! Aku tidak akan pergi dengan orang asing! Jadi, aku harus tahu dulu namamu!” tawa Zalma meracau tidak jelas.
Pria itu mengangguk dan tertawa pula. Ia kemudian menyerukan namanya. “Aku Dantheo Lycenzo! Kamu siapa?”
“Aku Zalma Yan!”
Keduanya saling menatap dengan kening sama-sama mengernyit. Benak yang tergenangi alkohol berpikir kenapa sepertinya nama itu tidak asing. Akan tetapi, karena sudah terlalu lama direndam alkohol akhirnya pikiran mereka memutuskan untuk peduli setan dengan nama yang sepertinya familiar.
“Sekarang karena kita sudah berkenalan, mau ikut denganku pergi dari sini?” Dantheo kembali bertanya dengan suara berat plus tatap mengundangnya yang terlihat seksi itu.
Dan dengan tidak sadarnya, Zalma mengangguk. Ketika lengan kekar merangkul pundaknya yang terbuka, ia pun melingkarkan tangan di pinggang gagah dan mereka berjalan berdampingan.
Lima orang pengawal mengekor di belakang langkah keduanya. Dua dari mereka memapah Crysler yang sudah tidak bisa lagi berjalan lurus. Entah mereka mau ke mana.
Akan tetapi, jika sudah berurusan dengan Dantheo Lycenzo, maka biasanya tidak akan jauh-jauh dari urusan ranjang.
***
-KEESOKAN PAGI-
Suara telepon berdering kencang membangunkan Zalma dari tidur. Mata mengerjap berkali-kali sementara tangan merayap di sekitar bantal untuk mencari ponselnya. Karena tidak ketemu, ia mulai meraba-raba meja di sebelah ranjang.
Sepertinya mata biru indah gadis itu terlalu sulit untuk segera terbuka akibat mabuk berat semalam. Saat akhirnya berhasil menemukan ponselnya di atas meja kecil samping ranjang, jemari meraba-raba layar, memaksa mata terbuka sedikit, lalu menekan tombol hijau. “Halo?”
“Zalma, Mommy dan Daddy berangkat dari London menuju ke Los Angeles. Kita bertemu nanti sore, ya?” Suara seorang wanita yang merupakan ibu sang gadis terdengar, mengabari akan datang ke kotanya sore nanti.
“Yaaa,” erang Zalma. “Mom, aku masih sangat mengantuk. Kabari saja kalau sudah sampai nanti sore, oke?”
Ia kemudian mematikan ponsel. Tubuh yang lelah karena miring ke kanan terus sepanjang malam kini ia arahkan ke sisi yang berbeda. Berbalik perlahan, matanya mulai mengerjap. Sepertinya, dia sudah merasa cukup tidur dan ingin bangun saja.
Mata yang tadinya sulit sekali terbuka sekarang sudah menjadi terbelalak tidak karuan.
“KENAPA KAMU ADA DI RANJANGKU!” teriak Nona Muda Yan histeris.
Bagaimana ceritanya bisa ada lelaki berambut hitam sedang tertidur di sampingnya!
Diteriaki sekencang itu, siapa yang tidak kaget? Sontak pria tersebut membuka mata Dantheorduduk, terengah, terkejut sangat. Dadanya kembang kempis. Bahkan, di tangan mendadak tergenggam sebuah senjata api yang dia bingung hendak ditodongkan ke arah mana.
Sepertinya sudah reflek langsung melindungi diri dengan menggenggam pistol saat ia terkejut.
Zalma pun kini reflek mengeluarkan Glock-nya saat melihat lelaki itu memegang piistol. Sambil menodong tepat ke wajah tampan, ia berteriak sekali lagi, “Siapa kamu dan kenapa kamu ada di ranjangku!”
Sang lelaki menoleh, lalu menatap bingung. Kening di wajah tampannya mengerut. Meski ditodong pistol oleh sang gadis pirang,dia tetap terlihat tenang. Jawabbanya hanya satu kata saja, yaitu, “Ranjangmu?”
“Iya! Ini ranjangku!” angguk Zalma. Akan tetapi, detik berikutnya baru dia mulai menyadari sekeliling bahwa ternyata …. “Sial, aku ada di mana?” Baru sadar kalau dia ada di tempat asing.
Lelaki berambut cokelat gelap menatap dan mulai mengenali siapa gadis yang ada di atas tempat tidurnya. Dengan terpicing heran, sebuah nama ia sebut. “Kamu Zalma Yan, bukan? Aku mengenali wajahmu.”
Namanya dipanggil, Zalma pun menoleh. Ia mengamati wajah menawan dengan alis tebal dan ceruk mata yang dalam. Ia juga tahu siapa lelaki ini. “Kamu … ah,sial! Kamu Dantheo Lycenzo, bukan?”
Betul, ternyata mereka saling mengenal!
Sama-sama terkejut karena berakhir di ranjang yang sama, keduanya segera melihat ke arah bawah. Hal pertama yang terlintas adalah apakah mereka melakukan cinta satu malam?
Mendapati pakaian masih melekat sempurna membuat helaan lega terdengar berembus. Tidak, mereka tidak melakukan cinta satu malam.
“Sepertinya tadi malam kita terlalu mabuk hingga sampai di sini? Apa bodyguard yang membawa kita ke sini?” erang Zalma menatap sekitar. “Tempat apa ini? Kamar tidurmu? Aku di rumahhmu?”
Dantheo mengeleng, “Ini bukan rumahku. Ini hanya sebuah penthouse yang kumiliki. Aku kemari kalau sudah terlalu mabuk. Kita bertemu di The Markee, benar?”
Zalma mengangguk, “Ya, sepertinya begitu. Aku baru sadar sekarang kalau keluargamu pemilik klub malam The Markee. Tentu saja kamu pasti ada di sana!”
Menekuk lehernya ke kanan dan ke kiri, Dantheo lalu mengusap wajah. “Kita lupakan saja kejadian pagi ini. Keluarga kita saling mengenal baik. Aku yakin kamu juga tidak akan mempermasalahkan kejadian ini, bukan?”
Nona Muda Yan mengangguk. “Hmm, aku mau segera pulang saja. Sahabatku pasti sudah bingung mencariku.”
Menurunkan kakinya ke atas lantai, Zalma berniat untuk segera pergi dari penthouse sang lelaki. Pun dengan Dantheo yang juga telah meletakkan telapak kakinya di atas lantai.
Baru saja mereka mau melangkah, mendadak pandang keduanya tertuju pada secarik kertas yang ada di depan kaki mereka masing-masing. Bersamaan pula, jemari mereka mengambil selembar kertas tebal tersebut.
Satu detik, dua detik, dan pada detik ketiga ….
“KITA SUDAH MENIKAAAAH?”