Matahari pertama masih malu-malu menyembul di balik pepohonan ketika Zalma terbangun. Cahaya merah jingga menembus kaca jendela tipis, menelusuri lantai kayu seperti gelungan pita yang terjatuh. Seluruh kamar tidur Dantheo hening. Yang terdengar hanya suara detik jam mahal di dinding serta desis napas laki-laki di ranjang seberang. Zalma mengembus pelan di atas sofa, mengatur degup jantung yang semalaman belum sempat tenang. Ia menyadari betapa ketatnya ia memeluk selimut. Sepuluh jari-jarinya seperti mati rasa. Ia menoleh, Dantheo masih di ranjang yang sama, berbaring menyamping. Wajah tampannya dibingkai cahaya mentari sejuk. Rambut cokelat jatuh acak-acakan di kening, membuatnya tampak terlalu menawan untuk ukuran pria menyebalkan. Zalma bangkit perlahan, memastikan tiap gerakan s