Ch.05 Tidur Gaya Jajar Genjang

2697 Kata
Turun dari Lamborghini berwarna hitam, Dantheo memasuki Lycenzo Mansion dengan gemuruh tak jelas di dalam d**a. Bayangan wanita bernama Eva Williams terus melintas di pikiran sejak chat terakhir masuk. Ia tidak menjawab sama sekali hingga detik ini. Akan tetapi, sejak ditanya apa masih menyimpan korek api bergambar serigala salju, ia berkali-kali menggenggam benda tersebut. Kenyataannya adalah benar dia masih menyimpan pemberian sang wanita sekitar lima tahun lalu. Tak lama sebelum mereka berpisah. Wajah dinginnya nampak gelisah. Menaiki tangga, ibu jari berkali-kali membuka tutup korek berbentuk kotak tersebut. Sesekali ia nyalakan apinya dan menatap nanar pada terang di depan mata. Sekelumit memori di mana ada cinta membara muncul tanpa permisi. Ketika kulit saling bersentuhan, saat gairah membakar menembus sampai ke struktur tulang terdalam. Kilasan memori yang hanya beberapa detik saja, tetapi mampu menghadirkan gemuruh resah dalam jiwa dingin dan gelap sang lelaki. Ia menutup lighter bersejarah tersebut dan memasukkannya ke dalam kantong jaket. Detik berikutnya Dantheo membuka pintu kamar. Raga maskulin gagah miliknya berjalan cepat. Sudah lewat tengah malam, suasana sunyi sepi dan ia juga cukup lelah setelah satu hari ini banyak sekali mengalami kejadian mengusik jiwa. “The f**k?” desisnya berhenti melangkah saat ada di depan ranjang. “Seriously?” Ada sebuah tali tampar di bagian tengah ranjang. Diikat mulai pilar besi atas kepala hingga pilar besi serupa yang ada di ujung peraduan. “Dia benar-benar membuat batas ranjang? f**k!” engahnya pelan, kesal, sekaligus tak percaya. “What is she? Ten? The f**k?” kesalnya masih bergumam sendiri sambil menggeleng tak percaya. Bertanya entah pada siapa memangnya Zalma itu umur berapa?Sepuluh? Bisa-bisanya membuat pembatas ranjang sungguhan seperti anak kecil. Padahal, tadi dia pikir Princess-nya hanya sekadar berkata sarkas. Makin bergejolaklah rasa di dalam d**a salah satu Putra Mahkota Lycenzo tersebut. Ingin berteriak dan melepas tali pembatas tersebut, tetapi matanya justru terpaku pada sosok cantik yang sedang meringkuk di atas ranjang. Kepala dimiringkan sedikit ke kiri, lalu ke kanan. Mata yang sebenarnya sudah lelah justru terasa sulit untuk berkedip, memerhatikan dengan seksama apa yang ada di atas ranjangnya. Kalau boleh jujur, Zalma adalah satu-satunya wanita yang pernah tidur di ranjang tersebut. Peraturan di Lycenzo Mansion adalah siapa pun tidak boleh membawa orang luar tidur di sini, termasuk para bunga ranjang Dantheo. Mommy Anya bisa mengamuk kalau tahu dia membawa wanita untuk tidur di kamarnya. Jadi, yah, ini pemandangan yang memang sangat asing bagi Dantheo. Ia terus menggerakkan kepala miring ke kanan dan ke kiri, memeta kecantikan sempurna yang ada di atas peraduannya. Zalma ada di sebelah kanan, dengan satu tali tampar berwarna cokelat tua di tengah. Rambut pirang, wajah teramat cantik. Ah, mata biru yang ia senangi sudah tertutup. Akan tetapi, bibir merah muda ternyata cukup menggoda dan membuat penasaran bagaimana rasanya. Singkat kata, Tuan Muda Lycenzo sedang terpesona dengan betapa jelita istrinya. Meski Zalma menggunakan kaos longgar dan celana panjang, tetap saja kecantikannya tak bisa tertutupi. “Hmm,” gumam Dantheo mengembus panjang, melepas sesak dalam d**a. “Aku apakan tali itu?” “f**k! Suka-suka dia sajalah!” desisnya, kemudian menggeleng dan menuju meja dekat pintu ruang pakaian. Melepas hem hitamnya, kancing dioloskan satu per satu. Menghempas hem tersebut ke atas kursi, ada d**a gagah terpampang. Di bawahnya, jelas enam buah otot kotak berjejer, berdempetan. Eh, kenapa dia menurunkan resleting celana kainnya? Dia sungguh-sungguh melepas celana dan kini hanya memakai sebuah boxer dengan lambang Givenchy di bagian pinggang. Setelah melepas pakaian, ia lepas pula jam tangan dan sepatu. Hanya satu buah pistol jenis Desert Eagle yang ia bawa bersamanya, naik ke atas ranjang. Untung saja peraduan itu sangat lebar, mungkin double king size. Meski Zalma memasang pembatas berupa tali di tengah, mereka masih bisa mendapatkan ruang yang cukup untuk tidur dengan nyaman. Mulai memejamkan mata, Tuan Muda Lycenzo ingin ketenangan malam hari ini. Setelah persidangan yang gila, setelah deal bisnis yang cukup alot dan rumit, setelah chat yang menyesakkan, ia hanya ingin memejamkan mata dan tidur. Lepas dari semua kepenatan. Dua jam berlalu, tiba-tiba …. “f**k!” Dantheo membuka mata secara reflek ketika ada sesuatu menimpa wajahnya dengan keras. Bagaimana dia tidak memaki kalau ternyata ada telapak kaki Zalma di wajahnya. Ia sampai duduk untuk melihat apa yang terjadi. “The hell?” erangnya terbelalak karena tak percaya dengan yang dia lihat. Kepala Zalma sudah ada di sebelah kakinya dan kaki sang istri ada di sebelah kepalanya. ‘Kapan dia berputar?’ pikir Dantheo mengerutkan kening. Memang ada orang-orang yang kalau tidur berputar seperti arah jarum jam. Melakukannya tanpa sadar, berputar di atas ranjang hingga pagi. “s**t,” geleng sang lelaki. Seumur hidup tidur dengan sekian banyak wanita baru kali ini ada telapak kaki menampar wajahnya saat sudah terlelap. Ia menyeringai teringat perjanjian mereka. Kalau wanita itu yang menyentuhnya terlebih dulu, maka dia akan melucuti pakaiannya. Sungguhkah akan dia lakukan? Tentu saja tidak! Mencegah wajahnya terkena telapak kaki Zalma, maka dia yang berinisiatif menyelamatkan diri sendiri. Bantal dibawa berpindah, diletakkan di sebelah kepala istrinya. Menguap karena ia sangat lelah dan mengantuk, mata kembali terpejam. Semua sunyi, tenang, hingga …. “f**k!” desis Dantheo sekali lagi terpaksa membuka mata. Telapak tangan Zalma mengeplak wajahnya tanpa terniati. Tidak sakit sama sekali, hanya saja ia merasa sangat kesal karena ketenangannya ternodai. Posisi Nyonya Muda Lycenzo sudah berubah lagi sedikit miring. Mulai pangkal lengan hingga ujung jari mendarat di tubuh Dantheo. ‘Apa dia sengaja melakukan ini? Jangan-jangan dia tidak tidur?’ pikir sang lelaki curiga. Maka, ia mengambil pistol di sebelah ranjang, mengokangnya, lalu menodongkan ke arah kepala sang istri. Sekian detik berlalu, tidak ada perubahan apa-apa. Zalma tetap terlelap dengan sangat nyaman. ‘s**t, dia memang benar-benar tidur. Mimpi apa aku punya istri yang tidur bergaya jajar genjang begini?’ kesalnya sambil kembali meletakkan pistol di atas meja. Baru saja kembali memejamkan mata, tiba-tiba dadanya terasa ditimpa sesuatu. Dantheo membuka mata dan pemandangan pertama yang dia lihat adalah rambut pirang keemasan di bawah dagunya. “Hmm … terus saja seperti ini sepanjang malam,” kekehnya nakal. Tanpa sadar, Zalma merebahkan kepala di atas d**a bidang yang tak terbungkus pakaian sama sekali. Bahkan, jemari sang wanita memeluk pinggang kekarnya. Dantheo merangkul pundak sang istri, mencengkeramnya lembut sambil berbisik, “Please, jangan bergerak lagi hingga pagi atau aku terpaksa menyuruhmu tidur di sofa, Princess.” *** Sepertinya permintaan Dantheo terkabul karena ketika alarm ponsel Zalma berbunyi posisi mereka masih sama seperti semalam. Di mana hal ini membuat wanita berambut pirang …. “APA YANG TERJADI!” Berteriak, menjerit kencang sama seperti saat pertama kali bangun tidur dan menemukan lelaki asing di sebelahnya. “KENAPA AKU BISA ADA DALAM PELUKANMU! KAMU BERBUAT APA SEMALAM!” Dantheo membuka mata dengan telinga mendengung akibat teriakan istri cantiknya. Ia menatap langit kamar, bertanya pada takdir kenapa harus berada di situasi ini? Kenapa tidak bisa menikmati tidur nyaman hingga siang hari. Zalma melompat turun dari atas ranjang dan terus memaki suaminya. “Kita sudah sepakat tidak melanggar pembatas ranjang! Aku sudah membuat pembatas! Kenapa kamu menyentuhku, you f*****g s**t!” Yang dimaki menoleh, lalu memandang jengah. Bukan Dantheo kalau banyak bicara menjelaskan ini dan itu. Dia hanya menjulurkan tangan dan berkata, “Lalu? Potong saja jari tanganku dan beri makan piranha di teras.” Ditantang begitu, wajah Zalma merah padam. Mana mungkin dia melakukannya? Selain tidak tahu bagaimana cara memutus jari sang suami tanpa menimbulkan perang dunia di antara dua klan mafia terkuat, dia juga tidak segila itu untuk melakukannya. Maka, Nyonya Muda Lycenzo hanya berdiri membeku dengan napas terengah-engah. Apalagi, saat ia melihat d**a bidang Dantheo yang tak terbungkus pakaian apa pun, otaknya kemudian berpikir bagaimana bisa semalaman ia menjadikan d**a tersebut sebagai bantal alami? Karena sepertinya sudah tidak akan bisa lagi melanjutkan tidur, Dantheo menyibak selimut yang menutupi raga mulai pinggang ke bawah. “YOU f*****g s**t! KENAPA KAMU HANYA MEMAKAI CELANA DALAM!” “KENAPA KAMU m***m SEKALI! PAKAILAH CELANA ATAU AKU AKAN MELEDAKKAN KEJANTANANMU, GODDAMN!” Sepertinya satu kamar dengan Dantheo akan membuat Zalma menemukan banyak hal mengejutkan ke depannya. Saking terkejutnya dia sampai spontan menutup mata saat Dantheo turun dari ranjang dan berjalan menuju kamar mandi. Diteriaki, dimaki oleh istri barunya, Dantheo hanya menggeleng dan mengacak-acak rambut cokelat gelapnya. Saat masuk kamar mandi, ia membanting pintu. Selain karena kesal tidurnya terganggu, tetapi juga supaya Zalma tahu dia sudah masuk kamar mandi. Benar saja, begitu mendengar pintu kamar mandi dibanting, Zalma langsung menurunkan dua telapak tangan yang menutup matanya. Terengah-engah, menatap pintu kamar mandi, ia menggeleng tak percaya. Cepat menyambar ponselnya di sebelah ranjang, ia menelepon seseorang.”Crysler! Crysler!” “Whaaat? Di sini jam satu dini hari, Zalma! Ada apa kamu meneleponku!” jawab Crysler menguap panjang dan sedikit khawatir. Zalma melirik lagi ke kamar mandi, memastikan pintunya masih tertutup. Ia memastikan suami tampannya itu tidak mendengar apa yang dia ucapkan. “Aku bangun di pelukan Dantheo! Dan dia tidak memakai baju sama sekali! Dia hanya memakai celana dalam! Dia hanya memakai boxer seperti Zenn kalau tidur!” Crysler terduduk, mata berbinar, lalu tertawa terkikik. “Uuuh, adik lelakimu yang tampan itu kalau tidur hanya memakai boxer? Aaah, kapan aku bisa melihatnya bangun tidur hanya dengan memakai boxer?” Zalma memutar bola mata ke atas karena kesal mendengar tanggapan sahabatnya. “Fokus, Crysler! Ini tentang aku! Bukan tentang obsesimu pada adikku!” Tergelaklah Crysler, “Lalu, kenapa kalau Dantheo bangun hanya menggunakan boxer? Banyak lelaki tidur hanya menggunakan celana dalam seperti dia! Apa yang kamu takutkan?” “Apa yang aku takutkan? Apa kamu gila? Berarti setiap pagi aku harus melihat … melihat … melihat itu!” pekik Zalma. “Ya, sudah, daripada hanya dilihat lebih baik kamu pegang dan urut saja sekalian!” Crysler terpingkal sendiri sampai memegangi perutnya yang teramat geli. Zalma makin kesal, “Crysler! Tutup mulutmu, you s**t! Aku serius!” “Dan bisa-bisanya dia memelukku! Apa yang dia lakukan semalam? Bagaimana kalau ternyata dia membiusku semalam dan memerkosaku?” Crysler terus tertawa berderai, “Zalma, please! Kamu bukan wanita tak berdaya! Apa kamu semudah itu dibius? Apa kewanitaanmu terasa sakit?” “Hah? Tentu saja tidak!” jawab Zalma cepat. “Nah, sudah beres, bukan? Kalau dia memerkosamu, pasti terasa sakit. Selamat! Kamu masih perawan!” gelak Crysler. “Dan saranku, saat kamu memiliki suami sepanas Dantheo Lycenzo, lebih baik segera serahkan keperawananmu padanya, Bestie!” Mata Zalma mendelik. Ia spontan memaki, “Shut the f**k up, Crysler! Apa kamu sudah gila? Dia seorang psycho! Dia terlihat sangat bahagia saat memberi makan piranha dengan potongan tubuh tahanan!” “So? Bukankah ayahmu juga memelihara hewan buas di rumah?” gelak Crysler. “Sudah, ya, aku mau tidur lagi sambil membayangkan Zenn ada di sampingku hanya mengenakan boxer! Bye! Mwah!” “Heh! Tunggu dulu! Aku be—" Crysler menekan tombol merah dan pembicaraan mereka berhenti. Bibir Zalma terkatup, tetapi bergerak-gerak menahan emosi karena sahabatnya itu menutup telepon dan kini dia hanya seorang diri menghadapi kegilaan di pagi hari. Masih pukul enam pagi dan dia sudah merasa ketegangan luar biasa. Sambil menggaruk rambut pirangnya yang tidak gatal, mata memandang ke arah ranjang. “The f**k? Kenapa aku dan Dantheo jadi tidur di bagian kaki? Kapan kami berpindah ke sana?” Begitulah Nyonya Muda Lycenzo yang tidur bergaya jajar genjang, tak sadar apa yang dia lakukan semalam. *** Duduk di ruang kerjanya yang mewah, pikiran Zalma terus menelaah keadaan. Merasa terjebak, tetapi tidak bisa berbuat apa-apa. ‘Ish! Kenapa aku masih teringat bau parfumnya?’ geleng Zalma mengenyahkan ingatan terhadap peristiwa tadi pagi. Bangun dengan bantal berbahan kulit manusia yang harum maskulin disertai d**a lebar adalah peristiwa memalukan serta mendebarkan baginya. Untung kemudian pintu diketuk dan sekretaris pribadinya masuk. “Tuan Holmes dari bagian legal meminta saya untuk menyerahkan berkas kerja sama ini kepada Nona untuk ditinjau.” Tidak tahu kalau bosnya sudah menikah, sang sekretaris tetap memanggil Nona. Zalma mengangguk, lalu membaca dalam hati judul berkas tersebut. ‘Perjanjian Kerja Sama Investasi Antara Esential Plus dengan Civitale Investment.’ Esential Plus adalah nama perusahaannya. Sebuah perusahaan yang bergerak di bidang consumer good atau kebutuhan sehari-hari. Sekitar satu tahun lalu ayahnya membeli perusahaan ini dan Zalma yang memegangnya. Sedikit mundur ke belakang, sebenarnya alasan Zalma mau menerima mengurus perusahaan di Los Angeles, jauh dari kampung halamannya di Eropa adalah untuk melarikan diri. Setelah dia nyaris bunuh diri karena patah hati akibat Alex Stormstone hendak menikahi wanita lain, dia memutuskan untuk pergi sejauh mungkin dari apa pun yang bisa mengingatkannya pada lelaki itu. “Apa Nona membutuhkan hal lain dari saya?” tanya sang sekretaris. “Kalau tidak, saya akan kembali mengurusi acara malam peresmian kerja sama perusahaan kita dengan Civitale Investment.” “Setelah ini saya akan memberikan beberapa katalog gaun malam serta perhiasan indah pada Nona untuk dipakai pada malam peresmian kerja sama tersebut.” Menggeleng, Zalma menjawab dengan senyum lirih, “Tidak, tidak ada apa-apa lagi. Kamu boleh pergi, Barbara.” Tidak segera membaca dan memeriksa setiap poin perjanjian, ia menyenderkan dulu punggung di kursi. Wajah lelaki bernama Alex Stormstone itu melintas. Bisik perih terdengar dari bibir merah terang Princess-nya Dantheo Lycenzo. “Siapa sangka berakhir seperti ini, Alex? Pertunangan kita bubar di tengah jalan saat persiapan pernikahan sudah dikerjakan.” “Kamu kemudian melamar Xeloma untuk menjadi istrimu. Sementara aku, justru aku sekarang sudah menjadi istri laki-laki yang kukenal hanya melalui nama.” Memandang cuaca mendung di luar jendela kerjanya, wanita pirang melukis wajah mantan yang tampan. “Takdir bisa sekejam ini pada kita, bukan …?” *** Kita melayang sebentar ke benua Eropa. Di sana ada sebuah negara bernama New Zealand. Di mana negara itu memiliki orang terkaya bernama Alex Stormstone. Iya, benar, dia adalah mantan tunangan Zalma yang tadi dilukis wajahnya di jendela mendung kantor sang wanita. “Tuan Alex, ini adalah draft final rincian kerja sama kita dengan perusahaan rekanan terbaru. Silakan Anda cek terlebih dahulu sebelum bagian legal membuatnya resmi.” Ajudan setia memberikan satu buah berkas tebal yang harus diperiksa oleh AleLiuntuk memastikan semua sesuai yang diinginkan. Mengangguk, pria tampan berambut pirang dan bermata biru itu menerima berkasnya. “Akan kucek sekarang juga, thanks.” Setelah kembali sendiri di ruang kerja yang besar dan mewah, bibir bergumam sambil membaca judul draft kerja sama tersebut. “Perjanjian Kerja Sama Investasi Antara Esential Plus dengan Civitale Investment.” Iya, kalian tidak salah! Itu adalah judul perjanjian kerja sama yang serupadengan yang dibaca oleh Zalma. Jika Esential Plus adalah anak perusahaan milik Zalma Yan, maka Civitale Investment adalah anak perusahaan milik Alex Stormstone. Dan lucunya, mereka berdua sama-sama tidak tahu kalau perusahaan mereka akan kerja sama. Selama ini para pemilik berada di belakang layar dan hanya menerima laporan dari para direktur yang mengurus segala sesuatunya. Sebelum mulai membaca draft itu, Alex menelepon seseorang. “Hai, Sweetheart!” “Hai, Darling!” seorang wanita bernama Xeloma Alisson menerima telepon. Dia adalah tunangan Alex. Dia adalah wanita yang membuat Zalma mabuk berat hingga bertemu Dantheo di klub malam. Dia adalah wanita yang mengisi space kosong di hati Alex setelah berpisah dengan Zalma. “Minggu depan kita sudah akan ke Los Angeles untuk acara peresmian kerja sama. Kamu jadi ikut, ‘kan?” tanya Alex pada tunangan cantiknya. “Ya, tentu saja aku ikut. Aku ingin menemanimu ke mana saja supaya kamu selalu ada teman, Darling.” Alex tersenyum sendu, senang dengan perhatian wanita itu. Maklum, saat dengan Zalma dulu dia kurang merasa diperhatikan. “Okay, Sweetheart. Belilah gaun serta perhiasan yang indah, ya?” “Karena aku mau kamu ikut ke malam peresmian itu. Hadirlah di sisiku sebagai tunanganku.” Oh, jadi baik Zalma maupun Alex akan datang di acara peresmian kerja sama? Di mana mereka sama sekali tidak tahu kalau akan bertemu. Di mana mereka sama sekali tidak pernah bertemu dalam kurun waktu delapan bulan terakhir semenjak berpisah. Siapa yang akan lebih terkejut dalam pertemuan itu? Dantheo … apa dia juga akan ikut dalam pertemuan menegangkan tersebut? Akan tetapi, bukankah mereka sudah sepakat untuk tidak saling ikut campur dalam urusan satu sama lain? Ah, kenapa mantan terus berdatangan di kehidupan Zalma dan Dantheo? Terdengar kembali suara Alex memuji tunangannya, “Aku mau semua orang terpukau dengan kecantikanmu, Xeloma Sweetheart. I love you.” “Oke, Alex Darling. Aku akan segera membeli gaun dari rumah mode terbaik bersama perhiasannya. Aku akan membuatmu bangga saat malam peresmian kerjasama. Love you too ….”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN