Rana duduk di teras sambil menikmati roti bakar yang ia buat dan segelas s**u rasa Vanila. Dia melihat sebuah mobil yang ia kenal masuk ke halaman rumahnya, mobil siapa lagi kalau bukan mobil Leo, suaminya. Rana hanya mengernyitkan dahinya, melihat seseorang yang turun dari mobil. Seseorang yang sudah cukup lama ia rindukan, namun rindunya kian memudar, walau masih ada dalam genggaman hatinya. “Mau apa dia pulang? Paling juga di paksa Carla. Tenang Rana, jangan sampai kamu terhanyut lagi ke dalam rasa cintamu pada Leo. Cukup kamu menderita karena mencintainya. Kamu masih boleh mencintainya, karena melupakan cinta pertama memang sulit, tapi jangan sampai kamu sakit karena cinta yang tidak mempedulikanmu, dan cinta yang palsu.” Rana bergumam dalam hatinya dengan meneguk s**u Vanila yang ia