“Biya, plis, udah!” tegur Fariz sambil menurunkan kaca mobil hingga pandangannya bertemu dengan Sabiya. Begitu saja? Ashel sama sekali tidak puas dengan tindakan Fariz. Bahkan nada bicara Fariz biasa saja, tidak ada nada marah padahal istrinya diperlakukan buruk oleh Sabiya. Sabiya berpaling dari Fariz kemudian kembali menatap Ashel. Dengan pandangan horor, dia berkata, “Kenapa janda ini bisa dinikahin sama Mas Fariz? Masih banyak gadis lain yang jauh lebih baik, nggak harus janda.” “Sabiya, hentikan bicaramu!” teriak Fariz sembari turun dari mobil dengan wajah merah padam. Dia menghampiri Sabiya dan berdiri menghadap gadis itu dengan jarak dekat. “Apapun status Ashel, jangan sebut itu lagi, paham!” “Kenapa Mas menutup mata dengan status itu?” lawan Sabiya dengan mata melotot.

