Jangan Khawatir

1364 Kata

Mereka baru saja menyelesaikan salat maghrib dan bersiap untuk menyantap menu berbuka puasa. Zen tampak berbeda dengan menggunakan baju koko, sarung, dan peci, bahkan Ran sempat tertegun ketika melihat penampilan pemuda itu. Zen terlihat begitu dewasa serta mampu menjadi imam salat yang baik. Hal yang tidak pernah disangka-sangka oleh Ran sebelumnya. Ketika Ran membantu Ariska untuk mengambil piring di dapur, tiba-tiba saja Zen datang dan berdiri di sampingnya. Ia merasa telah berhutang penjelasan dengan Ran, bukan lebih tepatnya sebuah konfirmasi, sebab Zen tahu bahwa Ran telah mengenal ibu serta kakaknya. "Mereka ibu dan kakak kandung gue." Zen merebut beberapa piring di tangan Ran. "Beberapa kali aku pernah bertemu mereka dan Kak Adit--" "Kita makan dulu." Potong Zen, sambil berjal

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN