Zen masih sedikit kesal dengan sikap Ran yang belum memahami dirinya. Namun, dalam waktu yang bersamaan Zen juga merasa bersalah karena telah berteriak di hadapan Ran. Pemuda itu segera menggelengkan kepala ketika rasa bersalah berseliweran di benaknya, alih-alih ingin mengalihkan perhatian Zen membuka lembar demi lembar buku yang ia baca dan berusaha untuk tenggelam di dalam buku bacaan tersebut. Lo seharusnya menjaga apa yang sudah menjadi milik lo. Sambil terus membaca di tempat yang tidak mencolok di perpustakaan, tiba-tiba Zen merasa ada yang menyentuh sudut sikunya. Ia melirik dan melihat ada secarik kertas dan sebuah pulpen di atas kertas tersebut. Zen menoleh, matanya menangkap sosok Ran yang duduk di sampingnya-berlagak sedang membaca-tidak mengetahui keberadaan Zen. Mengembusk