Ran berdiri di depan pagar rumah, menunggu kedatangan Zen untuk menjemputnya. Beberapa kali gadis itu melirik ke arah arloji dan setia berdiri di tempat, meskipun tidak jarang mamanya bertanya atau menyarankan agar ia menghubungi Zen karena hingga saat ini belum menampakkan batang hidungnya. Sekarang sudah pukul tujuh kurang lima belas menit--kemungkinan besar mereka akan terlambat jika Zen belum tiba juga. Namun, Ran tetap berpikir positif tidak ingin menghubungi Zen karena mengetahui bahwa tidak baik menggunakan ponsel saat berkendara. Beberapa menit kemudian, Ran bisa mendengar suara motor Zen. Tatapan berbinar dan rasa tenang pun menyelimuti sorot mata gadis itu. Ia bersyukur setidaknya Zen baik-baik saja, meskipun Ran mengetahui bahwa mereka memang akan terlambat. "Ran, kita terlam