Naima sesekali mengusap lelehan yang membasahi pipinya. Ia berada di taksi online yang sengaja dipesan karena tak ingin berada dalam satu tempat yang sama. Ia memilih pulang lebih dulu setelah Andra sama sekali tak menanggapi apa ucapannya itu. Ia juga tak peduli kalau supir taksi yang ditumpanginya sore ini entah sudah berapa kali melirik ke arahnya. Mungkin bertanya-tanya kenapa penumpangnya menangis. Tapi itu bukan kah di luar dari kepentingannya mengantar Naima dengan selamat ke tempat tujuan? “Kita sampai, Bu,” kata sang supir pelan di mana sebelum ia berkata, terlebih dahulu memastikan sang penumpang memiliki perhatian sedikit pada sekitarnya. Bukan hanya melamun dengan kepala sedikit bersandar di kaca jendela. Mendengar ucapan supir barusan, membuat Naima mengukir senyum kecil.

