Dika benar-benar mengurung istrinya di kamar. Dua hari lebih. Sejak pagi Desti sudah mengomel karena laki-laki itu tidak mau melepaskan pelukannya padahal hari sudah siang. Sore ini mereka akan bertolak ke Bali untuk bulan Madu. "Dikaaaa..." Regeknya entah untuk yang keberapa kali. "Masih panggil aku nama, aku hukum!" Ucap laki-laki itu dengan memejamkan mata dan memeluk tubuh mungil Desti dengan erat. "Sayang, ayo bangun! Kita harus beres-beres pesawatnya jam tiga. Sekarang udah jam dua belas siang." Dika semakin menyerukan kepalanya pada tubuh telanjang wanita itu. "Sebentar lagi yah sayang, masih kangen." Desti memutar matanya. Kangen dari Hongkong! Sejak kemarin laki-laki itu tidak membiarkan Desti jauh-jauh darinya sedikitpun. "Bangun sekarang atau gak boleh mesumin aku