Chapter - 40

1518 Kata

Darah mengalir di pelipis kakek itu, setelah kuhantam kepalanya dengan benda yang kupegang saat ini, puas dengan itu aku segera melipir ke tembok dan mengambil napas panjang. Aku tidak tahu dia itu abadi atau tidak, tapi yang jelas, setidaknya aku telah membuatnya merasakan rasa sakit, bahkan bagiku itu masih belum cukup karena dia telah merenggut banyak hal dariku. Kekesalanku masih belum reda, aku masih sangat marah sekarang.   "Apanya yang abadi? Kau berdarah sekarang! Kau cuma manusia gila yang suka mengkhayal! Jangan kau pikir dengan alasan seperti itu, kau bisa lolos dari ini! KAU INI GILA!" Lagi-lagi aku berteriak kencang pada kakek sialan itu dan aku tidak peduli karena yang ada di pikiranku hanyalah membuat kakek-kakek bodoh itu lenyap dan mendapatkan balasan yang setimpal atas

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN