Malam itu, semua terasa amat tenang. Udara dingin mengisi kamar dengan lampu yang redup, tanpa ada obrolan berat. Alora seakan menikmati waktunya bercanda dengan Regan, dan akhirnya lelap dalam lelah. Dia sudah melewati banyak hal beberapa hari ini. Bukan cuma fisiknya yang lelah, pikirannya juga. Jadi Regan memilih untuk ikut terlelap memeluk istrinya. Dua hari mereka habiskan di sana. Anggap saja bulan madu, meski Regan belum juga menyentuh Alora. Padahal, Alora sudah berkali-kali memberi kode. Regan juga bukan tidak ingin, jelas bagian bawahnya selalu menonjol tiap kali bersentuhan. Tapi melihat Alora sering melamun, narurinya memilih menolak. Sampai sore di hari terakhir mereka bermalam di sana, telepon dari Karl masuk di genggaman Regan. Suara di ujung sana terdengar tajam, memb