Bar-bar si Rara

798 Kata
"Ekhem!" Dennis dan Rara kembali posisi semula. Edy yang dari tadi memang ada di lorong sepi itu sedang menerima telepon dari seseorang. Kemudian terdengar suara dibalik pintu tepat dia berdiri. Pakaian Dennis sedikit berantakan terlihat buka karena kepanasan. Jadi harus dimaklumi bukan maksud apa-apa untuk situasi begini. Lorong sepi ini benar bisa membunuh satu persatu nyawa kalau tidak ada pertolongan pertama. "Ah, Papa, ganggu kemesraan Rara saja sama Om Oli," celetuknya menciut kesal. Edy memicingkan kedua mata terus mengalihkan ke sosok pria yang berantakan ini. Tanda tanya kenapa mereka berdua bisa berada di ruangan perusak? "Kenapa bisa ada di sini?" tanya Edy kepada mereka berdua. "Sudah jelaslah terkunci di luar, pasti Papa sengaja mengunci hati Rara agar bisa di bukakan oleh Om Oli. Bener, kan, Pa?" senyum mematikan dari gadis pendek ini buat si dua pria ini terbengong. "Ya sudah, ayo keluar. Lee, ada mau aku bicarakan sama kamu. Ke ruanganku sekarang, ya!" pinta Edy kepada Dennis. Dia sih mengangguk paham. Sekarang ini Rara semakin aneh, menyusul jejak langkah ayahnya mulai kepo dengan kepentingan apa dengan pria tinggi bermata sipit ini. "Papa pasti mau beri tahu ke Om Oli menginap di rumah. Iya, kan, Pa." celotehnya tak kunjung hilang "Nanti baru Papa beri tahu kamu ya, sekarang ini urusan sesama lelaki, jadi jangan ikut campur dulu." ucap si Edy kepada putrinya. Rara seperti orang bego sesama lelaki, "Pa, jangan mesraan  sama Om Oli, Papa sudah ada Mama. Om Oli punya Rara. Awas kalau Papa selingkuh! Rara gadaikan Mama!" teriaknya tidak memedulikan sekitar ada di dalam gedung mendengar kata-kata manis dari gadis aneh bin ajaib itu. Di dalam ruangan tertutup, Edy dan Dennis duduk berseberang mengingat masa-masa muda dulu. Duduk berhadapan saling berdiskusi sesuatu hal yang tidak pernah terlupakan. Cukup lama mereka membisu di ruangan ini, tidak ada satu kata yang terucap oleh mereka berdua. Bagaikan patung sesama memikirkan sesuatu hal yang sulit di ungkap. "Bagaimana hubunganmu dengan Laura?" suara yang terlontarkan terlebih dahulu adalah Edy. "Begitulah," jawabnya pelan "Jadi kamu masih mau pertahankan hubungan dengannya?" Dennis menarik napas panjang kemudian buang sekasar-kasarnya. Edy melirik dan perhatikan sisi wajah keponakan - sahabat baiknya. "Aku bingung, menjelaskan kepadanya, dia ..." Belum juga selesai berbicara, Rara sudah masuk tanpa mengetuk pintu. Kebiasaannya benar buat dua pria dewasa ini ingin menggantung dirinya ke pohon belimbing. "Sorry ... Papa, Om Oli, bosan di luar nggak ada yang bisa dicuci matakan," ucapnya masuk ke dalam kemudian melangkah ke tempat salah satu kursi beroda lima itu. Dua pria ini kembali melanjutkan pembahasan soal hubungan Dennis dengan Laura, wanita pernah dicintai oleh pria tinggi bermata sipit itu. "Jadi, dia minta akhiri? Lalu kamu masih ingin pertahankan hubungan  itu walau dia masih belum bisa mempercayai kepribadianmu?" Edy bertanya ini lebih rumit daripada masalah dirinya waktu bersama mantannya yaitu Jessica. "Begitulah, sudah aku jelaskan kepadanya, tetap saja dia bersikeras untuk mengakhiri hubungan ini. Apa aku harus memberitahukan yang sebenarnya? Aku yakin dia  lebih shock jika tahu," kata Dennis Suasana di dalam ruangan Edy sungguh menegangkan. Rara yang ada di sini jarak posisinya sekitar sepuluh meter, masih bisa didengar jelas olehnya. Hanya saja itu ponselnya suara permainan game GetRich buat dua pria itu memperhatikan gadis remaja yang benar ingin menggantungkan dirinya di pohon belimbing. "Ah, sial! Kalah lagi gua! Bodoh, bego, sontoloyo! poin gua habis...!!" merepetnya sama gamenya. Rara memasukkan ponselnya ke dalam saku celana ketat, kemudian dia bangun dari duduknya, mendekati dua pria yang masih serius dengan permasalahan wanita. "Pa, pinjam Om Oli, boleh?" Rara berdiri di tengah meja berbentuk segi empat itu. "Untuk?" tanya Edy, "Untuk dibelah! Pasti jalan-jalan, lah! Gimana sih, Papa ini ... bosan tahu!" jawabnya asal "Tapi, Om Olinya sibuk. Jalan-jalan sama Papa saja, ya!" usulnya "Yee ... Rara maunya sama Om Oli, Papa sudah punya Mama. Kalau sama Rara nanti dikira selingkuh bini orang! Boleh, ya, Pa ...." Memohon ekspresi dibuat - buat "Lah, apa bedanya, kamu ini anak Papa, mana ada selingkuh-selingkuh?" protes si Edy sama putri aneh ini. "Pokoknya Rara itu mau sama Om Oli. Papa sama Mama saja mesraan. Biar Rara sama Om Oli. Besok Rara mau ke acara ulang tahun teman. Jadi Rara mau beli kado spesial. Jadi, Papa di sini saja. Ini kan perusahaan Papa. Papa jaga baik-baik jangan sampai di gadai, nanti Mama ngambek!" merepetnya panjang lebar. Edy menyimak sampai tidak bisa menangkap inti dari kata - katanya. Kedua tangan putih bagai s**u sudah meraih lengan kekarnya pria bermata sipit itu. "Yuk, Om!" ajaknya, Dennis tidak bergerak sedikit pun. Cup! Kecupan manis dari Rara mendarat di pipi kanan pria itu. Dennis melebar bulat-bulat sebaliknya si Edy juga. "Satu kecupan untuk membangunkan stamina energi untuk gadis imut yang manis," celotehnya. Edy menutup kedua matanya, dia tidak bisa mengatakan apa-apa lagi. Menyuruh Dennis menuruti saja. Tak lama Nella datang tepat waktu membawa makan siang untuk sang suami tercinta.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN