“Venus ikut jenguk mbak Wulan ya, Bu.” “Enggak usah lah, nanti kita ketinggalan pesawat … besok juga kamu kerja, nanti kamu capek.” Archio berubah posesif. “Betul kata Archi, kalian pulang saja ya.” Ibu berujar lembut. Sorot matanya begitu hangat menatap Venus dengan tangannya yang merangkum sisi wajah Venus. Beliau sedang mengucapkan banyak syukur di dalam hati karena memiliki berhati lembut. “Kalau jenguknya sebentar aja sekalian ke Bandara boleh enggak?” Venus bernegosiasi. “Enggak boleh!” Archio membuka piring di depan Venus. “Ayo kita sarapan dulu.” Malah pria itu yang melayani Venus dan mengisi piringnya dengan sarapan pagi buatan ibu. Archio benar-benar sudah tidak peduli lagi dengan Wulan. Kalau dulu dia masih mau merawat Wulan yang sakit keras dikarenakan dia masih m