Hening. Semua orang tertegun menunggu keterangan dari Riyu. Edwin dan Abian masih menanti dengan napas tertahan. Sementara Tovani juga tidak peduli pada masakannya yang sudah gosong untuk yang kedua kali. Sosok Riyu masih terpana dengan handphone yang masih menempel di telinga. Kedua bola matanya menatap nanar. Dia tidak berucap sepatah kata pun lagi setelah menyebut kata ‘paman’. Semua orang masih menanti dengan rasa was-was. Detik demi detik pun berlalu, sampai kemudian Riyu menurunkan handphone itu seiring dengan helaan napasnya yang terdengar sesak. “G-gimana?” tanya Edwin. “Itu paman, kamu?” sambung Abian. Riyu masih terpana. Tovani pun melangkah mendekat, lalu menepuk pundaknya pelan. “Ri …!” “Ah, I-iya.” Riyu tersadar dan menatap Tovani yang berdiri di belakangnya. “Gimana?”