”Ha?” Sepasang mata Rina membulat besar, tidak percaya apa yang diucapkan Dani barusan. “Aduh, kamu itu ya. Telmi,” omel Dani karena Rina tidak membalas ucapannya. “Iya aku dengar kamu bilang mau pacaran sama … aku.” Emosi Dani kembali membaik. Bukan apa-apa, di kantor, Dani dan Rina kerap berselisih paham mengenai pekerjaan, kadang usulan Rina lebih baik dari Dani, dan sebaliknya. “Oke, Dani. Aku mau jadi pacar kamu,” ucap Rina akhirnya. Dia membalas genggaman tangan Dani, tapi sesaat kemudian dia malah meringis kesakitan. “Pelan-pelan, Rina. Megangnya jangan terlalu kuat,” ujar Dani mengingatkan. Mungkin saking senangnya, Rina tidak menyadari telapak tangannya yang terluka. “Serius, Rina,” ujar Dani sambil mengamati wajah Rina. “Iya, Dani. Aku tahu kamu serius,” balas Rina dan ham

