Edwin mematung melihat wajah Fira dan matanya turun ke perutnya yang sudah besar. “Boleh aku masuk?” tanyanya setelah beberapa saat diam. Fira mengangguk, lalu membukakan pintu untuk Edwin masuk ke dalam apartemennya. Entah kenapa hatinya merasa tenang dengan kedatangan Edwin, terutama saat kembali mencium aroma khas dari tubuh Edwin yang dulu biasa dia baui. Terlintas kenangan indah bersama Edwin di benaknya, tapi dengan cepat dia tepis. Fira kembali duduk di sofa, dan Edwin duduk di kursi kecil di depan Fira. Fira tanpa sengaja melihat cincin yang melingkar di jari manis kanan Edwin, dan perasaannya berubah gamang. Melihat tatapan Fira ke jari manisnya, Edwin perlahan menutupi jari manis kanan dengan telapak tangannya yang lain, supaya perasaan Fira tidak terganggu. “Sudah berapa bul

