“Dia sehat, Dani?” tanya Edwin setelah mendapatkan alamat apartemen di mana Fira sekarang tinggal. “Ya, saya dan Rina menemaninya konsultasi ke dokter, Pak.” Edwin menoleh ke Rina dan Rina mengangguk, kini gadis itu sudah tidak menangis lagi. “Anaknya laki-laki, Pak Edwin,” ujar Rina. Edwin memandang hampa hamparan meja kerjanya, dengan pikirannya yang agak kacau. Beberapa kali dia menghela napas panjang, memikirkan banyak hal. “Dia merencanakan sesuatu?” tanyanya. “Iya, Pak. Dia akan melahirkan di sini … dan papanya akan datang ke Jakarta untuk menemaninya. Setelahnya, dia akan pergi bersama papanya ke Merauke, untuk beberapa bulan, lalu kembali lagi ke Jakarta mencari kerja. Dia akan menitipkan anaknya di keluarga baru papanya,” ujar Dani menjelaskan. Edwin menelan ludahnya, membay

