“Ada soto Lamongan super enak di kantin seberang gedung. Kalo kamu keberatan aku ajak ke sana, aku akan pergi ke sana bersama Rina dan Dani dan aku belikan untuk kamu … dan kamu makan di kantor. Bagaimana?” Edwin menggigit bibirnya sambil mengamati wajah binar Fira. Baru kali ini dia diatur oleh gadis muda. “Oke, lalu aku makan sendiri di kantor?” “Aku juga bawa pulang. Kita makan bersama di dapur kantormu.” Edwin mengangguk. Dia sebenarnya memang cukup sering makan siang di kantornya jika tidak ada jadwal makan siang di luar. Usai sarapan, keduanya pun ke luar dari apartemen bersama. Sebagai salah satu penghuni apartemen istimewa, Edwin memiliki lift di jalur khusus. “Bagaimana kakimu?” tanya Edwin, melirik sebentar lutut Fira yang sekarang ditutupi dengan plester kecil. Masih ada go

