Langit malam itu gelap, diguyur hujan deras yang seolah mencerminkan kekacauan dalam diri Annie. Tubuhnya sedikit limbung, langkahnya tak stabil saat dia mengetuk pintu rumah Reinhart dengan paksa. Botol anggur yang masih cukup banyak isinya— tergenggam di tangannya, jari-jarinya yang kaku nyaris tak bisa merasakan dinginnya kaca yang basah oleh air hujan. Pintu terbuka. Reinhart berdiri di sana, matanya melebar melihat Annie dalam keadaan seperti itu—rambut basah melekat di pipinya, gaun malam yang biasanya rapi kini kusut, dan air mata yang terus mengalir meski hujan sudah membasahi wajahnya. "Annie? Apa yang—" Annie langsung terjatuh ke pelukannya. "Aku tak tahan lagi," suaranya parau, pecah oleh isakan. "Semuanya salah ... semuanya …” Reinhart, meski bingung, sege