Lampu merah ambulans berkedip-kedip menyinari wajah pucat Karynn yang tak sadarkan diri. Gareen duduk di sampingnya, tangan erat menggenggam jemari Karynn yang dingin. ‘Ini salahku.’ Pikiran itu menghantamnya seperti palu. ‘Jika saja aku tidak merebut ponselnya ... Jika saja aku tidak memaksanya ...’ Tangan paramedis yang sigap memantau tanda-tanda vital Karynn mengalihkan pikirannya. "Tekanan darahnya stabil, tapi kami perlu segera melakukan CT scan untuk kepala," kata paramedis itu sambil membersihkan luka di pelipis Karynn yang masih mengucurkan darah. Gareen hanya bisa mengangguk, lidahnya terasa seperti batu di mulutnya. * * Pintu rumah sakit otomatis terbuka ketika ambulans tiba. Petugas medis bergegas mendorong brankar Karynn masuk, sementara seorang perawat me