Ray tertegun menatap punggung Livya yang mulai memasuki rumah sembari memegang pipinya bekas tamparan perempuan itu. Ray sadar akan sorot mata kecewa yang ditunjukkan Livya kepadanya barusan. Begitu banyak pertanyaan berputar di benak Ray sejak tadi melihat kebersamaan Livya dengan Arsen di mall, lalu melihat bagaimana Livya tersenyum dan tampak leluasa berbicara dengan lelaki lain, hal itu membuat darah Ray mendidih. Ray jadi berasumsi sendiri. Apakah yang dikatakan Livya waktu hanya sebuah kebohongan untuk memukulnya mundur? Di saat merasa sedang membutuhkan waktu terhadap masa lalu Livya, Ray malah semakin tidak bisa berpikir jernih karena kehadiran lelaki lain bersama Livya. Ray cemburu. Nyaris setahun berada di dekat Livya, namun perempuan itu masih saja menjaga jarak dengan bersikap