Ragnala menatap boarding pass di tangannya dengan ekspresi yang sulit dijelaskan—campuran antara frustrasi dan pasrah. Nama dan nomor kursinya tertera jelas, kelas ekonomi dan sepertinya nomor untuk kursi tengah. Bagi dia yang belum pernah berada di sana, jelas mulai sesak dan ingin batal saja. Barusan mengantri saja sudah sangat menyiksa, Eros tetap santai menikmati raut tegang Ragnala.
Di sebelahnya, Eros yang mengantarnya menahan tawa sambil menepuk bahunya. Eros tidak ikut dengannya, bahkan siap berpisah dengan Ragnala sebentar lagi, “kita sudah berusaha cari tiket first class, tapi tahu sendiri, mendadak begini mana ada yang kosong? Hanya ini yang bisa membuatmu cepat bertemu Fayra dan Asya! Jangan cemberut begitu, senyum dikit!”
Ragnala menghela napas panjang. “Aku bisa terima ba
