Pagi yang cerah menyambut Fayra saat ia membuka matanya. Udara dan suasana terasa berbeda, tetapi tidak asing—membawa ketenangan yang sudah lama tak ia rasakan. Rasa tenang yang sudah lama tidak menyapa paginya. Jika biasanya ia terbangun di sisi Ragnala, terutama keadaan yang sangat intim seperti pagi terakhir sebelum keberangkatannya. Pagi ini ia bangun sendiri, di tengah ranjang besarnya. Sesaat ia menatap langit-langit kamar yang dulu ia tempati sebelum menikah, senyum kecil mengembang di bibirnya. Ia merasa nyaman, seolah kembali menjadi anak perempuan yang tak perlu memikirkan dunia di luar rumah. Seorang putri satu-satunya dari Papa-Mama. Sesaat tanpa bisa menghilangkan realitasnya, Fayra tetaplah sudah menjadi istri dari Ragnala dan Ibu untuk Kasyapi. Sekali lagi, dia tekankan, s