Author P.O.V
“Aduh, kenapa ini jantung terus berdebar sih?” lirih Almira seorang diri
Almira memegangi dadaanya yang terus bergemuruh akibat ciuman singkat dari Alvin tadi. Meski hanya di kening, tapi tidak dapat dipungkiri bahwa hal itu cukup membuat Almira resah. Terlebih ini pertamakalinya buat dia.
Almira mencoba memejamkan matanya kembali, sebab ini baru jam 4 pagi. Namun lagi-lagi dia teringat akan kejadian tadi.
“Aduhh Alvinnnn. Gara–gara dia aku jadi tidak bisa tidur lagi. Mana tadi dia wangi banget lagi. Heiss,” gerutu Almira menjadi kesal
Ting,
Tiba–tiba ponsel Almira berbunyi. Satu pesan diterima dari Alvin. Meski mereka tidak pernah berhubungan, tapi nomor Alvin tersimpan rapi dikontak Almira. Pak Jefri selaku asisten Alvin yang memberikannya dulu.
Dengan cepat Almira membuka pesan tersebut.
To Almira:
[Aku akan melakukan perjalanan dinas selama dua minggu. Maaf tadi lupa ngasih tahu]
Begitulah bunyi pesan tersebut, yang langsung mendapat tatapan aneh dari Almira.
“Terus apa urusannya sama aku? Kan kita cuma nikah kontrak,” lirih Almira seorang diri
Namun meski begitu, Almira tetap membalasnya dengan sopan
To. Alvin:
[Oke. Tidak apa–apa. Semoga lancar urusannya. Jangan lupa makan]
Send.
“Ah gila. Kenapa aku mengirim pesan sealay ini? Tidak–tidak, hapus lagi aja,”
Belum sempat Almira menghapus, pesan itu keburu dibaca oleh Alvin
“Haduhh. Dibaca lagi. Mampus aku. Pasti dia tertawa,” ujar Almira panik
Almira berharap–harap cemas dengan jawaban Alvin.
Ting,
Satu pesan kembali masuk. Almira membuka pesan itu dengan sangat hati–hati
To. Almira:
[Makasih ya sudah perhatian sama aku. Emm, bisakah kita keluar saat aku pulang nanti? Hanya berdua saja]
Almira langsung menutup mulutnya saat membaca kalimat terakhir Alvin.
“Ini apa maksudnya woiiii? Dia ngajakin ngedate gitu?”
Almira nampak frustasi karena bingung mau jawab apa. Pasalnya dia tidak siap mendapat serangan bertubi-tubi dari Alvin. Menurutnya itu terlalu cepat untuk ukuran Almira yang tidak pernah berpacaran sebelumnya.
Saking lamanya mikir, Almira sampai ketiduran.
.
London, Britania Raya
Jam 20.00
Sudah seharian ini Alvin selalu melihat ponselnya. Dia seakan menunggu balasan dari seseorang. Dan seseorang itu tak lain adalah Almira, istrinya sendiri.
“Gak bisa ini, kerjaanku tidak fokus gara-gara dia,” gerutu Alvin dan langsung menelpon Almira
Tut tut....
Tut tut....
Ponsel terhubung tapi pemiliknya belum juga mengangkat.
Alvin kembali menelpon dan masih dengan nada yang sama.
Setelah beberapa saat menunggu, akhirnya si pemilik nomor mengangkat juga.
“Kemana saja kamu, kok lama ngangkatnya?” tanya Alvin to the poin
“Ini jam 2 pagi Alvin. Tentu saja aku tidur,” jawab Almira setengah sadar
Mendengar kata jam 2, Alvin baru sadar bahwa saat ini dirinya berada di luar negeri.
“Maaf aku lupa jika disana sudah lewat tengah malam,” ucap Alvin tak enak hati
“Tapi kamu kemana aja sih seharian ini? Sampai tidak balas pesanku,” lanjutnya lagi merasa kesal
“Aku sibuk sekali hari ini sama tugas kuliah hingga lupa balas pesanmu. Maaf ya,”
Mendengar hal itu Alvin yang tadinya kesal mulai melunak
“Hemm. Yasudah sekarang kamu jawab pertanyaanku tadi pagi,”
Almira yang belum sepenuhnya sadar dan masih mengantuk itu hanya menjawab sekenanya.
“Iya ya. Oke,”
“Serius?”
“Iyaaa,”
“Kamu gak keberatankan kalau aku ingin lebih dekat denganmu?”
“Iya,” singkat Almira lagi
“Yasudah aku tutup dulu telponnya. Kamu lanjutkan lagi istirahatnya. Dan jangan lupa makan,”
“He’eh,” singkat Almira dan mematikan telponnya
Entah apa yang terjadi, Almira kembali melanjutkan tidurnya dengan nyenyak.
Sementara itu diseberang telpon, nampak Alvin senyum–senyum seperti orang kehilangan akal sehatnya.
.
2 Minggu berlalu,
Almira nampak bahagia karena melihat perubahan Isabella yang mulai bergaul dengan orang lain. Anak dari ibu kos Yuna benar-benar membawa perubahan baik. Yang biasanya Isabella moodyan, kini sudah tidak lagi. Bahkan hari inipun dia mengundang teman barunya untuk main ke rumahnya. Dan Almira dengan senang hati menerimanya.
Weekend ini Almira lebih santai sebab Isabella sudah ada temannya. Dan sejak tadi Almira lebih menyibukkan diri di dapur mencoba resep puding yang terbaru. Namun tiba-tiba dia mendengar suara klakson mobil masuk ke garasi.
“Tumben-tumbenan ada tamu?” lirih Almira belum sadar
Namun hanya beberapa detik Almira menghentikan kegiatannya.
“Astaga. Hari ini kan Alvin pulang. Itu pasti dia,” lanjut Almira dan langsung berlari keluar
Almira buru-buru membuka celemek baju dan keluar menemui Alvin.
Gleg,
Perasaan cemas menyelimuti Almira tatkala melihat Alvin berdiri menatap ruang keluarga yang berantakan. Macam seperti kapal pecah akibat Isabella dan teman barunya bermain.
“Vin....”
“Ikut aku ke atas. Aku mau ngomong,” potong Alvin cepat dan langsung naik ke atas
Almira berdiri mematung dengan perasaan takut.
Sebenarnya dia sendiri sudah menghubungi Alvin dari dua hari yang lalu, untuk meminta ijin membawa teman baru Isabella ke rumah. Namun karena tidak aktif, akhirnya dia menghubungi asistennya pak Jefri agar disampaikan.
“Aduh melihat raut wajahnya sepertinya Pak Jefri lupa yang mau ngasih tahu,” batin Almira semakin takut
“Vin, aku minta maaf. Aku tahu aku salah. Aku....”
“Kenapa kamu tidak membalas pesanku lagi?” potong Alvin cepat
“Hah?”
Almira melongo tiba-tiba Alvin malah membicarakan hal yang lain
“Kamu ngajak ke atas karena mau bahas ini?”
“Iya. Memangnya apalagi?” tanya balik Alvin
Mendengar hal itu hati Almira langsung lega
“Kirain aku, kamu mau marah tentang apa yang terjadi di bawah,”
“Untuk apa? Bukankah kamu sudah memberitahukan hal itu lewat Jefri,”
“Iya juga sih,” singkat Almira mengangguk setuju
“Tapi hal seperti ini tidak boleh diulangi lagi. Bagaimanapun kondisinya tetap beritahu aku. Meski dalam bentuk pesan. Paham?” titah Alvin nampak serius
“Iya paham,” ucap Almira menganggukkan kepala
“Sekarang jawab pertanyaanku tadi,”
“Pertanyaan yangmana?” tanya Almira lupa
Alvin yang sudah menahan emosi sejak tadi kembali naik
“Kenapa chat terakhirku kemarin tidak kamu balas?”
“Aku sibuk,”
“Sibuk terus. Perasaan tiap aku tanya kamu selalu bilang sibuk,” sungut Alvin kesal
“Aku memang sibuk, Alvin. Tugas kuliahku banyak, belum lagi harus mempersiapkan magangku. Plus ditambah ngurusin Isabella,”
“Isabella? Kenapa jadi kamu yang mengurusnya? Diakan sudah punya baby sitter sendiri,”
“Anaknya gak mau. Maunya sama aku terus,”
“Itu karena kamu terlalu memanjakannya,”
“Aku tidak pernah memanjakannya. Aku hanya berusaha akrab dengannya,”
“Sama saja. Terlalu berlebihan,” sungut Alvin tidak terima
“Kamu kok jadi marah-marah sama aku sih?”
“Siapa yang marah? Aku hanya bertanya,”
“Bertanya dengan nada tinggi sama halnya marah-marah. Jika kamu merasa lelah akibat dari perjalanan jauh tadi, lebih baik istirahat daripada kamu lampiasin sama aku kayak gini,” tutur Almira kesal lalu keluar dari kamar Alvin
“Sial. Ini semua gara-gara Isabella,” dengus Alvin tidak terima
.
Jam 19.05 wib,
Suasana diruang makan nampak hening. Isabella yang sejak tadi melihat Alvin dan Almira secara bergantian sedikit mengerutkan dahinya.
“Om dan Tante kenapa?” tanya Isabella membuka percakapan
“Apanya yang kenapa, Bel?” tanya balik Almira
“Diem-dieman. Seperti lagi berantem,”
Almira tertegun melihat kepekaan Isabella.
“Tante dan Om gak apa–apa kok. Cuma lagi pada lelah saja,”
“Oh gitu,” singkat Isabella ber O ria
“Iya. Dimakan lagi ya makanannya, biar cepat selesai,”
“Oke Tante,” ucap Isabella dan kembali makan
Sementara itu, Alvin hanya terus makan tanpa bergeming sekalipun.
Setelah makan malam selesai, semua orang kembali dengan kegiatannya masing-masing. Isabella ditemani baby sitternya mengerjakan PR, Almira sibuk mengerjakan tugas kuliah, dan Alvin sibuk membaca berkas diruang kerjanya.
3 jam berlalu,
Almira yang sejak tadi sibuk mengetik tiba-tiba laptopnya eror dan tidak mau berfungsi.
“Aduh laptopku kenapa ini?” lirih Almira panik
Almira terus mengotak–atik kursornya namun tetap tidak mau berjalan
“Oh My God. Please jangan eror dulu. Please. Aku bahkan belum mengirimkan filenya,”
Almira terus mencoba memperbaikinya. Namun bukannya benar malah semakin eror. Bahkan saat coba dimatikan dan dihidupkan kembali, muncul tulisan banyak yang tidak dia mengerti.
Melihat hal itu sontak saja Almira langsung menangis tersedu-sedu.
Saking kencangnya menangis hingga terdengar oleh Alvin yang baru saja lewat di depan kamarnya. Alvin sontak mengetuk pintu dengan keras.
“Ada apa?” tanya Alvin saat pintu telah terbuka
“Hik, hik. Laptopku tiba–tiba eror,” jawab Almira sambil sesunggukan
“Eror gimana?”
“Gak tahu. Tadi aku ngerjain tugas. Dan pada saat mau selesai, tiba–tiba kursornya gak mau jalan. Aku coba matiin dan hidupin kembali malah keluar banyak tulisan yang aku tidak mengerti. Hik, hik, hikss,” terang Almira menjelaskan
“Sini mana coba ku lihat,”
Almira menunjukkan laptopnya yang sudah eror dan tidak berfungsi
“Aku bahkan belum mengirimkan tugasku pada dosen. Mana datelinenya sampe jam 12 malam ini lagi. Hiks,”
Melihat hal itu Alvin langsung duduk dan mencoba memperbaiki laptop Almira yang sudah lama itu.
“Pantas saja eror. Laptopnya sudah jadul,” ucap Alvin sarkas
“Disaat seperti ini kamu masih saja menghinaku,” tutur Almira sedih
Tangis Almira tak mau mereda, hingga membuat Alvin jadi terganggu.
“Bisa berhenti dulu gak sih nangisnya? Aku bahkan tak bisa konsentrasi,” dengus Alvin kesal
Mendengar hal tersebut, Almira langsung menutup mulutnya dan mencoba meredam tangisnya.
Klik,
Laptop berbunyi dan kembali berfungsi.
“Sudah,” singkat Alvin dan langsung berdiri
Almira langsung melihat, dan betapa senangnya dia saat laptopnya telah kembali baik.
“Makasih banyak ya, Vin. Kamu baik banget deh,” tutur Almira merasa terharu
“Gak ada yang gratis, makasihnya diganti temani aku minum di balkon kamar setelah tugasmu selesai,”
“Haa....”
Almira melongo sambil menatap kepergian Alvin.
.
30 menit kemudian,
Tok tok tok....
Almira mengetuk pintu kamar Alvin. Dia datang sesuai permintaan Alvin sekaligus rasa trimakasihnya sebab sudah dibantu.
Nampak tak ada jawaban, Almira mencoba membuka pintu secara perlahan. Dia masuk dan berjalan menuju arah balkon.
“Ehemm,” seru Almira berdehem pelan
Alvin seketika menoleh menatap Almira
“Duduklah sini,” ujar Alvin sambil menepuk pelan kursi disampingnya
Almira mengangguk patuh lalu duduk disamping Alvin. Kursi panjang nan empuk. Enak dibuat santai.
“Nih buat kamu,” lanjut Alvin memberikan sekaleng minuman
“Aku gak minum alkohol,” tolak Almira sopan
“Ini soda bukan alkohol. Kalau yang ini baru alkohol,” tunjuk Alvin pada minumannya sendiri
Melihat hal tersebut, Almira lantas menerima minuman kaleng itu
Glug, glug, glug,
Alvin tersenyum saat melihat Almira meneguk minuman itu secara perlahan. Cahaya bulan tanpa sengaja mengenai wajah Almira yang putih dan mulus.
“Kamu cantik,” puji Alvin tiba-tiba
Uhukk....
Almira tersedak dengan minumannya sendiri
“Kamu gak apa–apa?” tanya Alvin panik
“Sakit lah. Masuk ke hidung ini,” ujar Almira menekan hidungnya
“Maaf,” lirih Alvin merasa bersalah
“Tapi kamu beneran cantik kok,” lanjut Alvin lagi sambil membantu mengelap baju Almira yang basah
“Hem kan lagi,”
“Aku serius, Almira,”
“Ya sudah trimakasih banyak atas pujiannya,” tutur Almira sambil terus membersihkan bajunya
Gleg,
Alvin menelan salivanya tatkala tak sengaja melihat dalaman Almira yang menerawang akibat basah. Belahan d**a Almira jadi nampak terlihat.
“Mir,” panggil Alvin pelan
“Ya?”
“Aku....”
Alvin menghentikan kalimatnya
“Aku ingin tidur denganmu,”
“APA?” teriak Almira kaget
TBC.