Sembari berkendara Iwas memindai jam di pergelangan tangannya. Waktu telah menunjukkan pukul sembilan malam lewat dua puluh menit. Namun ia masih belum menemukan rumah orang yang memiliki pohon mangga. Sementara mereka sudah berkendara hampir satu setengah jam lamanya. Berkendari lebih jauh lagi, pandangan Gayatri tiba-tiba membentur satu sebuah rumah sederhana berhalaman luas. Satu yang pasti. Ada pohon mangga berbuah lebat di halaman rumah tersebut. "Bang, itu ada buah mangga menjuntai melewati pagar. Kita ambil saja mangganya ya, Bang? Pohonnya rendah lagi. Pasti pohon mangganya cangkokan." Gayatri menunjuk segerayut mangga muda yang menjuntai di halaman rumah tersebut. "Iya, nanti kita ambil. Tapi minta izin orangnya dulu ya? Biar berkah kamu makannya." Iwas melambatkan laju kenda