Pintu kamar mandi terbuka perlahan. Uap hangat keluar bersama langkah Arjuna yang kini berdiri di ambang pintu dengan rambut sedikit basah. Tubuhnya masih mengenakan kemeja putih yang setengah terbuka di bagian d**a, membuat urat leher dan garis tegas rahangnya terlihat jelas di bawah cahaya temaram kamar hotel itu. Bianca membalikkan badan. Ia tidak menyangka Arjuna sudah keluar. Tatapan mereka bertemu, singkat, tapi seperti percikan api yang menyambar udara di antara mereka. "Mas …" suara Bianca nyaris tak terdengar. Arjuna tidak menjawab. Ia hanya berjalan pelan mendekat. Setiap langkahnya terdengar jelas, berat, seolah membawa seluruh emosi yang selama ini tertahan. Begitu jarak mereka nyaris tak bersisa, Arjuna mengangkat tangan, menyentuh pipi Bianca yang masih basah oleh air mat