Hari- hari Bianca bersama Damian terasa seperti berjalan di dalam ruang kosong. Ia tinggal di rumah megah dengan fasilitas yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya: kamar tidur seluas apartemen lama yang pernah ia huni bersama Arjuna, lemari penuh gaun mahal, meja makan panjang dengan kristal dan piring porselen. Tapi semua itu … dingin. Tak ada rasa hangat, tak ada cinta, hanya dinding -dinding mewah yang menelan keheningan. Damian bukan suami yang ramah. Ia selalu sibuk, sering pulang larut malam, dan hampir setiap kali kembali ke rumah, bau alkohol menyertai tubuhnya. Bianca sering duduk sendirian di kursi dekat jendela, menatap lampu kota yang berkelap -kelip, bertanya dalam hati, Apakah benar aku sudah menikah, atau aku hanya sekadar penghuni sementara di rumah orang lain? Malam itu