Kamar hotel itu masih beraroma lembut dari parfum yang dipakai Kayla, bercampur dengan wangi kopi yang dibawa Leo. Lampu redup menciptakan suasana yang seolah terperangkap antara kenyataan dan mimpi. Di luar, suara kota perlahan mereda, memberi ruang bagi detak jantung mereka berdua untuk terdengar lebih jelas. Kayla masih bersandar di d**a Leo, napasnya naik turun cepat, matanya setengah terpejam. Jemarinya menggenggam erat kemeja tipis Leo yang masih belum ia lepaskan sepenuhnya. Ada semacam ketergesa -gesaan dalam dirinya, rasa takut kehilangan yang membuatnya ingin memastikan Leo benar -benar ada di sisinya malam itu. "Leo …" bisiknya, hampir seperti rengekan manja, bibirnya menggesek d**a pria itu. Leo menunduk, mencium pelipisnya pelan, lalu menelusuri wajah Kayla dengan tatapan y