Tampak Dayu terlihat senang ketika melihat kedatangan menantu kesayangannya. Wanita paruh baya itu terlihat terus menempel pada Caca. Katon yang melihat istrinya tampak begitu menyayangi menantunya tampak ikut menyunggingkan senyumannya.
“Kamu kenapa terlihat kurusan sih, Sayang?” tanya Dayu sambil mengamati tubuh menantunya dari atas hingga bawah.
“Masa sih, Ma?” tanya Caca balik.
“Masa Mama bohong, apa Andra nggak kasih kamu makan dengan baik?” tanya Dayu kembali sambil memberikan lirikan maut pada putra bungsunya.
Melihat tuduhan yang secara tiba-tiba dari wanita yang melahirkannya, seketika membuat Andra membelalakkan matanya. Sungguh, lelaki itu tidak percaya dengan tuduhan tak mendasar yang baru saja keluar dari mulut sang mama.
“Mama jangan asal tuduh ya, mana mungkin Andra nggak ngurus anak orang dengan baik,” ucap Andra mencoba untuk membela diri.
Mendengar perdebatan antara ibu dan anak tersebut, membuat Caca seketika tampak tersenyum. Kali ini senyum yang ditunjukan oleh wanita pemilik mata almond itu benar-benar dari hati. Di samping itu hatinya pun juga menghangat melihat perhatian mama mertuanya yang terlihat menyayangi dirinya.
“Lihatlah Mama dan Mas mu, kalau udah berdebat ya seperti itulah,” ucap Katon sambil menunjuk Dayu dan Andra dengan menggunakan dagunya.
Mendengar ucapan dari papa mertuanya, membuat Caca semakin tersenyum lebar hingga terlihat deretan gigi putihnya yang tertata rapi. Di dalam hati wanita cantik itu tidak bisa membayangkan betapa kecewanya mereka jika mengetahui kebenaran di dalam rumah tangganya.
“Ayo kita makan siang dulu!” ajak Dayu.
Akhirnya keempat orang dewasa itu pun segera beranjak dari duduknya untuk menuju ke ruang makan. Tampak beberapa macam hidangan yang sudah tersaji di atas meja. Bahkan, di sana juga ada salah satu menu kesukaan Caca, yang tak lain adalah rendang daging.
“Wah … banyak sekali menunya, Ma,” ucap Caca dengan takjub.
Menurut wanita itu, mama mertuanya sedikit berlebihan hanya untuk sekedar makan siang. Masakan yang tersaji sebenarnya sangat berlebih jika hanya untuk buat empat orang.
“Mama memang sengaja masak banyak buat kamu bawa pulang juga ke apartemen,” ucap Dayu dengan santainya.
“Caca nggak enak kalau harus merepotkan Mama,” ucap Caca dengan tatapan yang tidak enak.
Tentu wanita itu merasa tidak enak, karena telah merepotkan mama mertuanya. Di samping itu ia juga bingung nantinya siapa yang akan memakan masakan tersebut, jika dirinya dan Andra tidak pernah makan bersama.
“Siapa yang yang akan menghabiskan makanannya?” tanya Caca di dalam hati.
“Ini rendang kesukaan kamu, dan kamu harus makan yang banyak agar tubuh mu nggak sekurus ini. Nanti apa kata orang tua kamu kalau melihat anak perempuannya jadi kurus setelah menjadi menantu keluarga Wijaya,” ucap Dayu sambil mengisi piring suaminya.
Mendengar penuturan dari wanita yang melahirkannya, lagi-lagi membuat Andra seakan seperti tertohok. Namun, lelaki itu hanya bisa mendengus tanpa bisa berbuat apa-apa. Ia hanya bisa pasrah dengan tuduhan yang terus menerus ditujukan kepadanya oleh mamanya sendiri.
Setelah Dayu mengisi piring Katon dan piringnya, kemudian ganti Caca yang mengisi piring suaminya dan dilanjutkan dengan piringnya.
“Mas mau pakai lauk rendang atau udang mentega?” tanya Caca dengan lembut.
Andra yang melihat perubahan sikap istrinya tampak tertegun untuk sesaat. Bagaimana lelaki itu tidak merasa bingung dengan perubahan yang begitu cepat. Padahal sebelum itu keduanya tampak saling menatap dengan tajam karena perdebatan yang terjadi di luar rumah. Namun, kini istrinya tampak terlihat seakan tidak pernah terjadi apa-apa.
“Pakai dua-duanya,” ucap Andra sambil terus menatap istrinya yang tengah sibuk mengambil makanan untuk dirinya.
Melihat Andra yang terus menatap istrinya, membuat Katon dan Dayu langsung saling berpandangan dengan senyum yang terukir di bibirnya. Kedua paruh baya itu seolah-olah berbincang melalui tatapan mata.
Setelah selesai mengisi piring Andra, Caca langsung meletakkannya tepat di depan sang suami. Kemudian ia pun mulai mengisi piringnya sendiri sebelum akhirnya mereka makan bersama.
“Kalian kapan akan menginap di rumah? Udah lama kalian nggak pernah bermalam di sini?” tanya Katon pada akhirnya.
Mendengar pertanyaan yang tidak pernah Andra dan Caca duga, membuat keduanya tampak saling berpandangan. Caca tidak berani menjawab pertanyaan dari papa mertuanya. Wanita itu tidak ingin ucapannya nanti malah akan menjadi bumerang untuk dirinya sendiri. Lebih baik ia menyerahkannya pada lelaki yang duduk di sebelahnya.
“Kami masih sibuk, Pa. Kerja sama dengan rekan dari Belanda juga masih butuh perhatian,” jawab Andra setelah menelan makanannya.
Mendengar jawaban yang diberikan oleh suaminya, membuat Caca merasa sedikit lega. Wanita itu tidak bisa membayangkan jika ia harus tidur di ranjang yang sama dengan lelaki yang tidak pernah menginginkan kehadirannya. Pasti suasana canggung akan menyelimuti keduanya sepanjang malam.
“Kamu jangan terlalu sibuk, luangkan waktu untuk mulai program kehamilan,” pinta mama mertuanya.
Mendengar permintaan dari mama mertuanya, membuat hati Caca seketika ada yang mencubitnya. Apalagi melihat tatapan penuh permohonan yang ditunjukan oleh perempuan yang duduk di hadapan suaminya, membuat Caca semakin merasa bersalah.
Detik kemudian, ada yang menggenggam tangan Caca yang berada di atas meja. Seketika wanita cantik itu langsung memalingkan wajahnya ke arah suaminya. Wanita itu seakan ingin menyampaikan isi hatinya pada lelaki yang duduk di sebelahnya.
“Ma, tolong jangan memberikan beban pikiran untuk istri Andra soal keturunan, karena itu merupakan hak Tuhan yang diberikan kepada hambanya. Kami udah berusaha, tapi keputusan tetap berada di tangan Tuhan,” jawab Andra dengan panjang lebar.
Entah kenapa lelaki itu merasa tidak suka dengan pertanyaan yang baru saja dikatakan oleh mamanya. Ia merasa perkataan-perkataan seperti itulah yang pada akhirnya membuat pasangan suami istri merasa terbebani. Oleh karena itu, banyak pasangan yang sulit mendapatkan keturunan karena beban yang diberikan kepada mereka, selain dari masalah medis yang ada.
Mendengar perkataan dari putra bungsunya, seketika membuat Dayu merasa tidak enak hati. Apalagi ketika ia melihat menantu kesayangannya sudah terlihat menundukkan kepalanya, semakin membuat Dayu menatap sendu karena rasa bersalahnya.
“Maafin Mama ya, Sayang. Mama nggak bermaksud untuk membebani kamu. Sungguh Mama nggak ada maksud apa-apa. Mama hanya merasa Andra terlalu sibuk dengan pekerjaannya,” ucap Dayu menjelaskan.
“Mama nggak salah, jadi nggak perlu minta maaf sama Caca,” ucap Caca disertai dengan senyum lembutnya.
“Mama lain kali kalau bicara dipikir dulu, jangan buat menantu kita nggak nyaman dengan perkataan kita sendiri,” timpal Katon dengan bijak.
Caca merasa tidak enak, karena ucapan mama mertuanya pada akhirnya membuat suasana di meja makan terasa canggung. Sebenarnya di dalam hati Caca tidak pernah mempermasalahkan perkataan dari mama mertuanya. Bahkan, perempuan itu merasa ingin tertawa sekencang-kencangnya setelah mendengar pertanyaan tersebut.
“Bagaimana mau program hamil, tidur aja di kamar terpisah,” ucap Caca di dalam hati.
“Ya, Pa …,” jawab Dayu dengan tatapan bersalahnya.
Beberapa menit kemudian, mereka pun sudah selesai dan sekarang duduk bersama di ruang keluarga. Setelah berbasa-basi sejenak, Andra mengajak istrinya untuk pulang, karena sebentar lagi lelaki itu ada meeting penting.
“Kalau Mas ada meeting penting, Caca naik taksi aja. Kalau Mas antar Caca dulu ke rumah sakit, nanti takutnya nggak keburu,” ucap Caca menjelaskan.
Kali ini wanita cantik itu tidak ingin kalah dengan suaminya. Menurutnya, jika suaminya bisa berakting dengan sangat bagus di hadapan para orang tua dan semua orang, maka ia pun juga bisa melakukannya.
Andra tampak tertegun melihat sikap Caca yang bersikap layaknya istri pada umumnya. Namun, dengan segera lelaki itu dapat menguasai dirinya agar tidak sampai menimbulkan kecurigaan.
“Mana mungkin Mas tega membiarkan kamu pulang sendirian, lebih baik batal meeting daripada harus membiarkan kamu pulang seorang diri apalagi dengan menggunakan taksi,” ucap Andra sambil mengelus sayang kepala istrinya.
Melihat suaminya tampak berlebihan memperlakukan dirinya membuat Caca pun langsung menyunggingkan senyumannya. Bahkan, perempuan itu juga berniat ingin membalas sikap sang suami.
“Ih … suami Caca romantis banget,” ucap Caca sambil mencubit kedua pipi suaminya dengan sedikit kencang.
Mendapatkan perlakuan yang tidak ia duga sebelumnya, membuat Andra tampak terkejut. Namun, dengan segera ia harus bisa menguasai raut wajahnya agar terlihat normal kembali.
Melihat interaksi di antara putra dan menantunya membuat Katon dan Dayu ikut tertawa. Kedua paruh baya itu juga pernah muda, jadi apa yang dilakukan oleh Andra dan Caca menurutnya sangatlah manis.
“Pa, lihatlah mereka, manis sekali ya,” ucap Dayu memberi tahu.
“Ya … jadi inget pas kita baru menikah dulu, waktu itu Mama masih malu-malu sama Papa,” jawab Katon mencoba mengingatkan masa lalunya bersama dengan sang istri.
Beberapa saat kemudian, akhirnya keduanya benar-benar berpamitan dan kembali ke rumah sakit. Andra memang harus mengantar kembali istrinya yang juga masih harus melanjutkan pekerjaannya.
Selama di dalam perjalanan, keduanya tampak saling terdiam tidak ada yang bersuara. Sekarang Caca telah terbiasa dengan lakon yang harus dia mainkan di hadapan orang. Ya … wanita itu lebih senang menyebut perannya sebagai istri seorang Affandra Bimantara Wijaya hanyalah sebuah lakon belaka.
Hingga mobil memasuki area parkiran rumah sakit, masih membuat Caca terdiam. Kemudian wanita itu tampak mengambil kotak bekal yang telah dimasukan ke dalam paper bag di kursi yang ada di belakangnya. Mama mertuanya tadi membawakan masakan kesukaannya dan beberapa menu yang lainnya. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, perempuan itu mulai membuka pintu mobil hendak keluar setelah mencium punggung tangan sang suami. Namun, dengan tiba-tiba suaminya berkata hingga membuat Caca terdiam sebentar.
“Nanti aku ada lembur, dan akan pulang terlambat,” ucap Andra memberi tahu.
“Oke …,” jawab Caca singkat.
Setelah menjawab ucapan dari suaminya, perempuan itu bergegas keluar dari mobil. Bahkan, ia mengatakan itu tanpa menolehkan kepalanya pada sang suami. Kemudian tampak ia berjalan dengan terburu-buru memasuki lobi rumah sakit sambil menenteng paper bag.
Melihat sikap istrinya membuat Andra pun seketika mendengus. Lelaki itu sungguh tidak bisa menerima jika ada yang mengabaikannya.
“Irit banget bicara mu,” lirih Andra pada dirinya sendiri.
Detik kemudian, CEO tampan itu mulai melajukan mobilnya kembali. Kali ini dirinya harus segera tiba di kantornya. Asistennya yang bernama Sandi, telah menghubunginya melalui telepon, tapi tidak dia angkat karena masih ada Caca di sisinya.
Selama dalam perjalanan menuju kantornya, Andra tampak berpikir. Lelaki itu merasa telah dicueki oleh istrinya sendiri, dan itu membuat Andra lantas mengerang frustasi. Bagaimana bisa Caca mendiaminya selama dalam perjalanan. Bahkan, perempuan itu dengan mudahnya bicara di depan semua orang. Sungguh, Andra tidak mengerti dengan sikap istrinya yang menurutnya mudah berubah-ubah.