Kamania mendapati Rajata berdiri kaku, saat melihat ayah tiba dan mulai memarkirkan motornya. Nyaris Kamania tertawa geli dikarenakan ekspresi Rajata yang tegang, namun berusaha ia tahan agar pria itu tidak merasa tersinggung. Sementara ini Kamania cukup menemani dengan berdiri di samping Rajata, sisanya biarkan Rajata sendiri yang mengambil alih. “Om,” ujar Rajata datar. Terlihat jakunnya bergerak, tanda menelan ludah. “Saya ... datang lagi. Satu minggu yang lalu–” “Kau sudah di sini. Ikut aku.” Kernyitan heran menghiasi dahi Rajata, begitu juga Kamania. Mereka saling bertatapan satu sama lain, setelah melihat ayah yang berlalu masuk ke dalam rumah. “Mas Aja sebelumnya sudah buat janji sama Ayah?” tanya Kamania ingin tahu. “Tidak, Nia. Tidak masuk akal membuat janji sementara ayahmu t