“Mas ...” Kamania berkaca-kaca, melihat apa yang Rajata beri padanya. Perasaan senang memenuhi d**a, tetapi berusaha ia tepis karena ini tidak benar. Mereka memang menjalin hubungan, tapi bukan ini yang Kamania inginkan. “Jangan begini, Mas. Kama tidak mau. Ini ... salah.” Rajata memegang kedua tangan Kamania, memberi remasan pelan. “Tidak apa. Aku tahu, kau menginginkannya. Jangan menolak, lakukan ini demi diriku, Nia. Abaikan rasa tidak nyaman yang berusaha mempengaruhimu.” “Kita sepasang kekasih, Mas. Kama merasa ... seperti memanfaatkan, alih-alih menjalin hubungan. Selama ini, Mas Aja kasih banyak buat Kama, sementara Kama belum pernah kasih apa-apa.” “Kata siapa?” tanya Rajata. Tatapannya turun dari mata ke bibir Kamania, kemudian ia menyeringai. Sebelah tangan yang bebas, terangk