Saat mobil berbelok memasuki gerbang, Kamania menurunkan kaca mobil dengan mata sedikit melebar. Sekilas ia teringat sesuatu, kemudian segera menoleh ke arah Rajata. “Mas, sepertinya Kama pernah ke sini dulu. Sama Shaka, saat dia ulang tah–” “Aku tahu,” jawab Rajata mendengkus. “Eh? Darimana Mas Aja–” “Aku ada di sana. Itu kenapa aku sempat mendengar nyanyianmu. Semua pertemuan kita, berawal dari rumah ini. Seandainya kau tidak bernyanyi, mungkin sampai sekarang kita tidak akan pernah saling mengenal. Dan si berengsekk Shaka pasti sudah menjalin hubungan denganmu.” Rajata selalu sensi saat membicarakan Shaka. Hal itu buat Kamania yang mendengarnya, selalu tidak bisa menahan tawa. “Padahal Shaka adik sepupu Mas Aja sendiri, kenapa selalu menyebut namanya dengan kasar?” “Sulit dijelaska