Kamu ... ibu yang egois Aku egois? Aku hanya mampu tertawa getir mengingat sebaris kalimat itu, terucap dari bibir Adi. Bagai dihujam sembilu, lukaku yang sejatinya masih sangat amat basah kian menganga lebar. Sakit .... Adi mengatakannya tanpa beban jika aku adalah ibu yang egois. Katanya, aku mementingkan perasaanku sendiri tanpa memedulikan perasaan Lathif yang dalam masa bertumbuhnya membutuhkan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Hal yang selama delapan belas bulan ini tidak pernah dirasakannya. Bahkan sejak ia masih berada dalam kandungan. Benarkah itu semua salahku? Adi ... Mengingat satu nama itu membuat dadaku kembali berdenyut nyeri. Entah apa maksud Tuhan yang mempertemukanku dengannya lagi. Jika boleh aku meminta, aku tidak ingin bertemu atau berurusan dengannya lagi.