Satu setengah tahun kemudian ... Jika ada yang mengatakan aku bodoh, naif atau apa pun itu aku tidak perduli. Yang kutahu sejak kejadian menyakitkan di vila malam itu, hati dan harga diriku sudah tak terbentuk. Tetapi alih-alih aku murka pada Adi tentang kejadian saat itu, aku lebih banyak diam. Memilih mempersiapkan perpisahan kami seorang diri tanpa mengatakan alasan sesungguhnya. Marta saja entah berapa kali mengataiku wanita bodoh. Namun, muka gemas-gemas marahnya padaku justru membuatku tertawa saat itu. Tetapi aku tidak ingin membahas malam kelabu pada Adi dan Melati saat itu. Aku dengan sabar menunggu Adi untuk mengingatnya dan mengucapkan kata maaf, hingga sebulan lamanya. Tetapi hingga satu bulan lebih setelah malam itu, Adi tak kunjung meminta maaf atau pun memberi penjelasan.