Ferdi kembali datang sesuai janjinya minggu lalu. Lelaki yang kini berjambang tipis itu membawa banyak mainan untuk Lathif dan kue-kue untuk orang tuaku. Aku menegurnya, karena menurutku itu merepotkan dan terlalu berlebihan, mengingat hubungan kami yang masih sebatas kawan. Aku merasa tidak enak hati, tentu saja. "Memangnya salah berbuat baik sama calon anak dan mertua?" Ferdi mengatakannya dengan mimik menggoda, saat aku mengutarakan keberatanku. Kami sekarang sedang duduk di teras depan. Berjarak, namun tidak terlalu jauh. Mengobrol sembari mengawasi Lathif yang sibuk sendiri dengan mainannya. Orang tuaku sudah masuk ke dalam, setelah sempat tadi berbincang singkat dengan Ferdi. Aku terdiam mendengar ucapannya. Bingung juga harus mengatakan apa. Tapi rona di pipi tak bisa kusembunyik