Manusia hanya bisa berencana. Namun tetaplah Tuhan yang menentukan arah takdir setiap manusia itu sendiri. Ya, aku dan Ferdi hanya bisa merencanakan pernikahan kami yang seharusnya akan berlangsung tujuh hari dari sekarang. Semua persiapan telah rampung dikerjakan. WO sudah di bayar penuh, catering, gaun pengantin, undangan juga suvenir sudah siap menyambut hari pernikahan kami. Semua masih tampak baik-baik saja hingga kejadian di kamar, ketika Adi mengecup keningku membuatku merasa bersalah pada Ferdi. Bukan karena ucapan Adi yang melambungkanku, melainkan kecupan itu yang seharusnya aku mampu menghindarinya. Kini semua berubah setelah Ayah mencecarku dengan pertanyaan yang aku sendiri bimbang dengan jawabannya. Ayah duduk di ujung kursi dengan sorot mata tegas dan seriusnya. Aku sen