"Itu tidak adil!" "Ya, sangat adil jika itu demi keselamatanmu sendiri. Kau sengaja memanfaatkan kesibukanku dengan pergi tanpa izin." "Karena jika aku meminta izin, kau tidak akan memberikannya." "Tentu saja, itu demi kau. Lagipula, orang gila mana yang pergi ke pemakaman di jam-jam selarut ini? Apa kau tidak takut hantu? Lupakan soal hantu. Ada orang jahat di luar sini. Apakah kau tidak takut diserang dan disakiti?" "Aku sudah biasa disakiti," kata Laura sambil menggigit bibir, menahan tangisnya pecah lebih keras. Adam menarik napas panjang, menahan luapan amarah yang mendidih di tenggorokan. Tangannya meremas bahu Laura, memaksa gadis itu menatapnya meski matanya sembab, merah, dan penuh amarah. "Lepaskan aku, Adam! Kau tidak mengerti. Aku hanya ingin pergi pada Mom. Mom kedingin