KEMBALI KE KANTOR

1083 Kata
Dita keluar rumah menuju toko. Sepanjang perjalanan dia memikirkan cara bagaimana bisa dekat dengan Septian. Dia tidak akan melepaskan pria itu begitu saja. Selama ini dia telah berkhayal akan menjadi nyonya di rumah besar milik Septian. Setelah dia bisa membujuk rayu pria itu, apa mungkin dia akan melepaskan mangsanya begitu saja. Tidak akan semudah itu. Dita masuk ke toko dan melihat mama Reni sedang sendirian. Kebetulan sekali toko sedang sunyi. Wanita itu mendekati mamanya Septian. "Bu, apakah Mbak Rachel akan pergi dari rumah selamanya?" tanya Dita memulai obrolan. Mama Reni yang sedang mencatat barang apa saja yang akan dibeli, mengalihkan perhatian pada Dita. Memandangi wanita itu dengan intens. Dahinya berkerut mendengar pertanyaan pelayannya itu. "Biar saja dia pergi, selamanya juga tak masalah. Apa yang harus dipertahankan dari wanita itu? Sudah jelek, miskin, dan mandul lagi. Jika Septian terus bersamanya, kapan aku akan memiliki keturunan!" omel Mama Reni. "Bu, dari pada Ibu capek mengurus rumah, biar saya saja. Saya bisa membantu ibu untuk mengurus rumah dan memasak," bujuk Dita. Dita telah memikirkan ini semua di jalan tadi. Cara satu-satunya agar dia bisa dekat dengan Septian adalah menjadi pelayan di rumah itu. Dengan cara itu, dia akan bisa makin dekat dengan pria pujaannya itu. Mama Reni tampak berpikir. Dahinya tampak berkerut. Dengan mengangguk-anggukkan kepalanya. Wanita paruh baya itu lalu memandangi Dita dengan tatapan tajam yang mematikan. "Boleh juga, tapi jika toko sedang ramai, kamu harus tetap bisa membantu di sini," jawab Mama Reni. Dia pikir tidak ada salahnya jika Dita yang mengurus rumah, dari pada harus membayar seorang pembantu lagi. Dita tersenyum semringah mendengar jawaban wanita itu. Tak percaya jika semua semudah membalikkan telapak tangan. Mama Reni langsung menyetujui sarannya. Jalan menuju menjadi tuan rumah begitu dekat. Saat ini dia sudah bisa mulai belajar mengurus Septian dan rumah mereka kelak. Akan dia gunakan kesempatan ini sebaik-baiknya. "Kalau begitu, saya pamit pulang dulu, Bu. Mau masak untuk makan malam. Ibu mau saya masakin apa?" tanya Dita dengan antusias. Mulai hari ini aku akan menjadi nyonya di rumah itu. Tenyata mudah menjadi orang kaya. Jika tahu begini, dia dari dulu telah menggoda pria kaya, pikir Dita. "Masak saja apa yang Septian suka. Kasihan anak itu, istri jahanamnya pergi entah kemana. Dari dulu aku juga sudah tidak merestui hubungan mereka. Terbukti anakku tidak bahagia dengannya," omel Mama Reni. Dita kembali tersenyum. Dalam hatinya berkata jika dia harus bisa membuat Mama Reni juga bertekuk lutut dengannya. Selamat tinggal kemiskinan, aku akan menjadi nyonya besar, ucapnya dalam hati. Setelah cukup lama berbincang dengan mama Reni, akhirnya Dita pamit pulang. Dia akan masakan lezat agar Septian terkesan. Dita pulang dengan langkah riang. Dia langsung menuju dapur dan mengambil bahan untuk memasak. Dia akan membuat Septian makin cinta dengan masakannya. Septian yang kehausan, keluar dari kamar. Dia mendengar suara alat masak yang digunakan di dapur. Pria itu pikir Rachel yang pulang dan masak. Dengan semangat dia berjalan menuju dapur. Baru saja dia akan menyapa, tapi diurungkan begitu melihat Dita yang berada di dapur bukan Rachel istrinya. Dengan malas Septian berjalan mengambil air minum. Dita yang melihat itu lalu tersenyum. Dita berpikir pria itu keluar dari kamar karena mencium aroma masakannya. "Kamu lapar ya, Mas? Tunggu sebentar lagi, aku selesaikan masakan ini dulu," ucap Dita dengan percaya diri yang tinggi. Dita berpikir Septian keluar karena lapar dan tidak sabar mencicipi masakan yang dibuatnya. Septian tidak menjawab pertanyaan Dita. Dia langsung berjalan menuju kamar kembali setelah meneguk segelas air. Saat makan malam, Mama Reni dengan lahap makan masakan Dita. Berbeda dengan Septian, dia makan dengan malas. Mama yang melihat itu langsung bertanya. "Kenapa kamu tidak makan, hanya menatap saja?" tanya Mama Reni. Septian melirik ke arah ibunya. Dia tersenyum getir mendengar pertanyaan Mama Reni. Selera makannya memang hilang, sejak melihat Rachel tadi. Septian melihat istrinya semakin cantik dan juga wajahnya tampak berseri. Sama seperti saat pertama kali mereka bertemu. Ingin rasanya tadi dia memeluk sang istri, tapi egonya sebagai pria menolak. Dia tidak sudi memeluk wanita yang telah meninggalkan dirinya demi pria lain. Rachel, saat pertama mereka bertemu memang jauh berbeda dengan Rachel setelah menikah dengannya. Wanita itu jadi tidak pernah merias wajah dan merawat tubuhnya. Tadi dia melihat istrinya seperti wanita karir yang berwajah kinclong. "Tadi aku bertemu Rachel, dia tampak berbeda. Makin terlihat cantik," ucap Septian dengan lirih. Ucapan Septian membuat Dita cemberut. Dia tidak suka mendengar pria itu memuji Rachel. Hal itu terlihat oleh Mama Reni. Dia yang memang dasarnya tidak menyukai Rachel jadi marah mendengar perkataan sang putra. "Rachel, Rachel saja yang ada di kepalamu itu. Dia saja pergi dari rumah tanpa memikirkan kamu. Jangan jadi bodoh Septian, masih banyak wanita cantik di luar sana," ucap Mama Reni dengan ketus. "Maaf, Ma. Perutku sudah kenyang," ujar Septian dan langsung pergi menuju kamar tanpa menunggu jawaban dari mamanya. Hal itu membuat Mama Reni menjadi semakin kesal. Dia juga menyudahi makannya, dan meninggalkan Dita seorang diri. ** Jam telah menunjukan pukul sepuluh pagi. Tampak kesibukan di salah satu lantai sebuah gedung perusahaan. Semua karyawan serius memandangi laptop yang ada dihadapan mereka. Di ruang lain, tampak Rachel sedang menghadapi laptop juga. Mulai hari ini dia kembali bekerja sebagai sekretarisnya Ryan. Sudah hampir dua jam dia mempelajari tentang perusahaan, tapi belum sepenuhnya bisa menguasai. Dua tahun berhenti bekerja membuat wanita itu menjadi canggung. "Bagaimana? Sudah paham?" tanya Ryan yang dari tadi terus mengawasi Rachel dari tempatnya duduk. Wanita itu menggelengkan kepalanya sebagai jawaban. "Dua tahun berumah tangga membuat otak encermu membeku. Mana Rachel yang dulu. Rachel yang bisa menguasai semua dengan cepat," ucap Ryan dengan sedikit sinis. "Aku merasa canggung lagi berhadapan dengan laptop," jawab Rachel dengan jujurnya. "Tentu saja canggung. Selama dua tahun kau hanya tahu mesin cuci dan kompor. Melupakan semua pelajaran yang kau dapat dari kuliah ke luar negeri. Aku baru percaya jika cinta bisa membuat seseorang bodoh," ucap Ryan lagi. "Sudahlah jangan meledekku terus. Apa kau sudah meminta pengacara untuk mengirim surat gugatan ceraiku ke rumah?" tanya Rachel mengalihkan pembicaraan. "Sudah, nanti sore surat itu di kirim ke rumah agar pria itu bisa membacanya langsung. Pria bodoh yang melepaskan berlian seperti kamu!" balas Ryan. "Sudahlah, jangan bahas tentang Septian lagi. Aku harus menguasai ini lagi dalam waktu satu hari," ujar Rachel. Dia kembali fokus pada laptop dihadapannya. Sore hari di rumah kediamannya Septian, Dita memberikan sebuah amplop coklat ke pria itu. Dia menerimanya satu jam yang lalu. "Ini ada surat untukmu, Mas," ucap Dita menyerahkan amplop itu. Septian menerimanya dan tanpa mengucapkan terima kasih, pria itu langsung membukanya. Dia terkejut saat mengetahui surat apa yang berada di tangannya saat ini.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN