BERTEMU RACHEL

1449 Kata
Septian bergeming di tempat. Perlahan, ia melepas kedua tangan Dita yang melingkar di perutnya. Tanpa sepatah kata, Septian pergi meninggalkan wanita itu. Pria itu pergi tanpa memedulikan kekesalan Dita. Dita menghentakkan kaki kesal melihat Septian yang mengabaikan diirinya. "Apa sih, istimewanya si Rachel? Cantikkan juga aku!" gerutu Dita. Kedua netra Dita terus menatap mobil yang dikendarai Septian hingga menghilang. Setelah itu, ia menghela napas kasar. "Kenapa kamu murung begitu?" tanya Reni yang entah sejak kapan berdiri di sampingnya. "Gak apa-apa, Bu. Cuma kesal aja sama Mas Septian," jawabnya tanpa menatap Reni. "Kenapa kamu kesal sama Septian? Memangnya apa hubungannya kamu sama Septian?" Reni menatap pegawai tokonya itu dengan tatapan menyelidik. Sementara itu, Dita tergagap. Dia kelepasan bicara di depan majikannya. "Sa–saya kesal karena Mas Septian sudah bersikap tidak baik di depan Bu Reni hanya gara-gara Mbak Rachel," jawab Dita terbata. "Ooh." Reni hanya menjawab dengan satu kalimat saja. Wanita yang sudah berusia baya itu pun melangkah pergi meninggalkan rumah. "Dita, jangan bengong aja kamu! Ini udah siang!" pekik Reni yang kini sudah berdiri di halaman. Kedua mata Dita berkedip cepat. Ia pun melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya. "Sebentar, Bu. Dita ambil tas dulu," jawab Dita. Dita segera berlari ke ruang makan. Mengambil tas yang diletakkan di atas meja dan melangkah cepat menyusul Reni. Kedua wanita berbeda generasi itu pun berangkat bersama. Namun, sepanjang jalan tak ada satu pun yang saling bicara. *** Nabastala telah menunjukkan sinar jingga. Kini, Rachel sudah menyelesaikan semua treatment yang sudah Ryan jadwalkan. Kerutan halus di wajah mulai memudar, meski belum sepenuhnya. Kusam di wajahnya pun sudah berkurang. Kini, ia terlihat lebih cantik. "Gimana?" tanya Rachel yang baru saja selesai perawatan. Ryan memutari Rachel sesaat. Memegang dagunya seakan tengah menilai Rachel. Melihat Ryan yang tak kunjung bersuara, wanita yang sebentar lagi akan menyandang status janda itu pun memukul lengannya kencang. "Ah! Sakit tahu!" seru Ryan seraya mengusap lengannya yang dipukul Rachel. "Makanya, kalau orang tanya itu dijawab!" Rachel memelototkan matanya pada Ryan. "Galak bener!" gumam Ryan lirih. "Lumayan cantik! Paling tidak, tampilanmu tak lagi seperti babu." "Sialan!" umpat Rachel tidak terima. "Memang kenyataannya begitu 'kan? Cantik-cantik kok mau dijadikan babu. Gratisan pula!" "Ryan!" Rachel menatap pria di hadapannya dengan kesal. "Apa yang aku lakukan di rumah itu sebagai bentuk pengabdianku pada suami dan mertua." "Tapi mereka tidak menganggapmu seperti itu! Mereka memanfaatkan kebaikan kamu, Rachel! Alih-alih menyewa asisten rumah tangga, mereka justru menjadikan kamu sebagai babu mereka," ucap Ryan kesal. "Keluarga sialan!" makinya dalam hati. "Kamu benar, Ryan. Untung sekarang aku sudah sadar." Rachel mengembuskan napas panjang. Sementara Ryan mengusap kepala Rachel penuh sayang. "Jangan pikirkan mereka lagi," ucap Ryan yang dijawab dengan anggukan Rachel. Ryan mengeluarkan ponsel dari saku jasnya. Mengutak-atik benda pipih itu sesaat, lalu kembali menyimpannya. "Lapar tidak?" tanya Ryan kemudian. "Hmm. Kamu traktir aku, ya." Rachel menaik turunkan alisnya. "Ini yang kaya, aku apa kamu sih?" Ryan kembali menggerutu mendengar ucapan Rachel. "Gak usah protes! Bukannya selama ini kamu aku gaji sangat tinggi? Masa traktir aku dengan harga dua digit aja nggak sanggup?" balas Rachel. "Sialan! Kalau bukan sepupu, udah aku tinggal kamu!" seru Ryan dengan perasaan kesal. Namun, pria itu tetap tak menolak permintaan Rachel. Keduanya segera menuju restoran yang menjadi favorit Rachel sejak masa SMA. Kebetulan, restoran itu terletak tak jauh dari salon langganan Rachel ini. Tak butuh waktu lama, mobil yang Ryan kendarai memasuki area restoran. Segera, ia mencari parkir yang masih tersedia. Setelah memarkirkan dengan sempurna, keduanya turun bersamaan. Rachel yang terbiasa bersikap manja pada Ryan, tak segan merangkul lengan pria tampan itu. Banyak pengunjung yang melihat mereka. Keduanya terlihat begitu serasi. Namun, mereka tak peduli dengan tatapan orang. Wajah Rachel terus menunjukkan senyum. Tanpa mereka sadari, sepasang mata tengah menatap tajam keduanya. Lebih tepatnya, pada Rachel seorang. Seseorang itu bangkit berdiri dan berjalan menghampiri setelah memastikan jika perempuan yang bersama pria itu adalah Rachel, istrinya. Sedangkan lelaki berwajah tampan di sampingnya adalah Ryan. Lelaki yang dia ketahui adalah mantan bosnya Rachel. Septian sungguh tidak menyangka jika wanita yang semenjak kemarin membuatnya uring-uringan saat ini berada di hadapannya bersama laki-laki lain. Septian marah karena cemburu. Apalagi, saat dia melihat penampilan Rachel yang kini tampak berbeda. Wanita itu terlihat semakin cantik dan elegan. Tidak seperti Rachel yang selama dua tahun ini dia kenal. "Jadi begini kelakuan kamu di belakangku, Rachel? Kita bahkan belum resmi bercerai, tapi kamu sudah memulai hubungan dengan dua pria sekaligus. Kemarin pria tua, kali ini mantan bosmu sendiri yang kamu goda. Kamu benar-benar w************n, Rachel!" maki Septian dengan suara menggelegar. Bisik-bisik mulai terdengar dari pengunjung lain. Tatapan mereka yang awalnya mengagumi Rachel dan Ryan, berganti dengan cibiran. Sementara itu, kedua orang yang menjadi pusat perhatian tetap bersikap tenang. Mereka berdua menatap lekat pada Septian. "Kenapa? Ucapanku benarkan? Kamu adalah w************n yang rela menjajakan diri untuk bisa hidup mewah!" Septian semakin menghina Rachel. Melihat penampilan Rachel, Septian menduga jika Ryan pasti mengeluarkan banyak uang untuk Rachel. Jika tidak, dari mana Rachel bisa mendapatkan barang-barang mahal yang kini melekat pada tubuhnya? Tak tahan mendengar hinaan pria di depannya pada sang sepupu, Ryan mencengkeram kerah kemeja yang Septian gunakan. "Jaga ucapanmu!" Ryan mengeratkan rahangnya, serta menatap tajam Septian. Kemudian, menghempas tubuh calon mantan suami Rachel hingga limbung. Septian menahan bobot tubuhnya pada meja. "Cukup, Yan!" cegah Rachel yang melihat Ryan akan melayangkan tinjunya pada Septian. Bukan karena Rachel masih mencintai Septian, tetapi dia tak ingin sepupunya ini mengalami masalah besar. Karena itu, Rachel memilih menahan Ryan dibanding membantu Septian. Ada sesuatu yang terasa menusuk jantung Septian, ketika melihat Rachel yang mengabaikannya. "Aku tidak peduli dengan semua ucapanmu. Bagiku, hubungan kita sudah selesai. Masalah surat cerai, kamu tunggu saja surat dari pengadilan! Tatapan Rachel begitu tajam. Wanita itu berniat pergi dari restoran itu bersama Ryan. Rasa lapar yang tadi mendera, sirna sudah karena kejadian itu. Rachel baru saja ingat, bila restoran ini juga sering dikunjungi dulu saat masih bersama Septian. Namun, suara Septian menghentikan langkahnya. "Dasar munafik! Kamu marah saat memergokiku selingkuh dengan Dita. Sementara kamu sendiri juga selingkuh di belakangku. Aku jadi curiga, apa selama menikah denganku kamu sudah berselingkuh dengannya?" "Septian!" seru Rachel. Mendengar pria itu menuduhnya berselingkuh dengan Ryan membuat Rachel naik darah. "Sejak kapan kamu dan dia menjalin hubungan, Rachel? Katakan!" teriak Septian sambil menatap tajam ke arah perempuan yang masih sah sebagai istrinya itu. "Tidak usah memutar balikkan fakta! Jelas-jelas kamulah yang berselingkuh dengan wanita itu. Tapi sekarang kamu bersikap seolah-olah akulah yang bersalah sementara kamu adalah korban. Playing victim sekali kamu? Dengar, Septian! Aku bukanlah kamu. Aku tidak pernah berhubungan dengan lelaki lain selama menikah denganmu. Tidak seperti kamu yang jelas-jelas berselingkuh dengan wanita itu bahkan dengan tidak tahu malu bercinta di rumah yang kita tempati bersama. Aku dan Ryan baru saja bertemu hari ini. Bagaimana kamu bisa menyimpulkan kalau aku berselingkuh dengannya? Apa kamu lupa kalau selama ini kamu membatasi pergaulanku selama menjadi istrimu? Aku bahkan tidak pernah keluar rumah selain berbelanja kebutuhan rumah tangga. Bagaimana caraku berselingkuh jika aku sendiri tidak bisa keluar dari rumah itu?" Septian bungkam mendengar ucapan Rachel. Dia membenarkan semua kata-kata yang keluar dari mulut wanita itu. Melihat Septian terdiam, Rachel segera menarik tangan Ryan kemudian segera pergi dari tempat itu. Septian mengepalkan tangan kesal. Ia meninju udara seraya mengumpat. "b******k!" Pria itu pun turut meninggalkan restoran itu. Septian memutuskan pulang. Septian mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi. Melewati Rachel dan Ryan yang baru saja masuk ke dalam mobil. *** Septian masuk ke rumah dengan perasaan kesal. Amarahnya masih tertahan di ubun-ubun. Lelaki itu duduk seraya menyandarkan kepala dan memejamkan mata. Septian segera membuka mata, saat merasakan seseorang mencium pipinya. "Apa-apaan kamu!" hardik Septian begitu melihat keberadaan Dita di depannya. Dita tersentak melihat Septian yang tiba-tiba saja marah. Tubuhnya bahkan bergetar hebat saat ini. "Kamu … kenapa?" tanya Dita terbata. Tak ingin menggubris pertanyaan Dita, Septian memilih pergi dan memasuki kamarnya bersama Rachel dulu. Dita tak tinggal diam, ia mengikuti langkah Septian menuju kamar. Belum sempat ia masuk, pria itu membanting pintu kencang. Jantung Dita berdetak kuat. Entah apa yang membuat Septian begitu marah padanya. 'Dia kenapa sih?' pikir Dita. 'Gak mungkin dia berubah pikiran 'kan? Gak mungkin dia mau balik lagi sama cewek itu 'kan?' Seketika, raut wajah Dita berubah panik. "Aku harus memikirkan cara untuk mengikat hubunganku dengan Septian. Aku tidak akan biarkan dia kembali pada si babu itu!" Dita berbicara pada dirinya sendiri. Berkali-kali Dita mengerutkan dahi seraya menggigit ujung kukunya. Ia bahkan masih berjalan mondar-mandir di depan kamar Septian. Sebuah ide melintas dalam benak Dita. Ia menatap kamar Septian dengan senyum miring. "Kali ini, aku pastikan kau menjadi milikku. Selamanya!" gumam Dita. Wanita itu pun segera berlalu dari depan kamar Septian. Untuk saat ini, ia tidak bisa berbuat apa-apa. Dita pun keluar dari rumah dengan langkah pasti.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN