KEKESALAN RYAN

1039 Kata
Rachel terus berjalan meninggalkan ruang mediasi, mengacuhkan perkataan suaminya. Dia ingin segera berlalu dari hadapan pria itu. Walau pun tak menampik jika rasa cinta itu masih ada, tapi kecewanya lebih besar. Apa lagi tadi saat pria itu mengatakan dirinya selingkuh. Septian telah membalikan fakta. Septian masih mengurus sesuatu sehingga tak mengejar Rachel. Baru saja kakinya melangkah keluar, dia harus berhadapan dengan dua orang wanita yang paling dihindari. Mama Reni dan Dita. Rachel menarik napas berat, seolah hari ini hari tersial dalam hidupnya. Jika saja di hadapannya ada pintu Doraemon, pasti dia akan segera masuk untuk menghindari duo racun. Mama Reni dan Dita menatap ke arah Rachel tanpa kedip. Wanita itu tampak sangat berbeda. Penampilannya sangat elegan. Tas dan pakaiannya bermerek. Dengan terpaksa Rachel menyalami mama Reni. Bagaimana pun dia masih berstatus mertuanya. Namun, tidak dengan Dita. Wanita itu tidak mau mengotori tangannya dengan bersalaman sama Dita. "Selamat siang, Ma. Apa kabar?" tanya Rachel sebagai basa basi. Mama Reni bukannya langsung menjawab, dia masih terus mengamati Rachel dari ujung rambut hingga ujung kaki. Jelas sekali perbedaannya antara Rachel saat menjadi menantunya dan saat ini. Rachel yang merasa mata mertuanya yang menatap dirinya tanpa kedip menjadi risih. Dia tidak suka wanita itu memandanginya seperti itu. "Apa ada yang salah denganku, Ma?" tanya Rachel akhirnya. "Dari mana kamu dapat uang untuk membeli pakaian? Apa benar yang Septian katakan jika kamu berkhianat?" tanya Mama Reni. Rachel tertawa mendengar ucapan sang mertua. Anak dan ibu setali tiga uang. Selalu saja berpikir negatif pada semua orang. Tidak suka melihat orang lebih, pasti pikiran selalu salah. "Kenapa kamu ketawa? Jadi ini alasan kamu menggugat cerai Septian? Kamu menuduhnya berselingkuh dengan Dita, padahal kamu sendiri yang melakukan itu. Dasar wanita jalang. Bersyukur anakku akan lepas darimu. Sudah miskin, belagu banget!" ucap Mama Reni dengan sedikit membentak. Dita yang dari tadi sudah gatal ingin bicara, akhirnya ikut membuka mulut. Dia sudah tak sabar ingin mengatai wanita itu. "Kau menuduh aku berselingkuh dengan suamimu, padahal kau sendiri yang melakukan itu!" ucap Dita sinis. Rachel tak menanggapi ucapan keduanya. Dia melanjutkan langkahnya menuju halaman gedung. Namun, ibu mertuanya yang belum puas memaki menantunya, mengikuti langkah wanita itu. Di halaman gedung pengadilan agama telah menunggu Ryan di depan mobilnya. Pria itu tersenyum melihat Rachel yang berjalan keluar. Wanita itu membalas dengan senyuman juga. Mama Reni yang melihat Rachel tersenyum pada pria itu, menjadi semakin kesal. Dia terus mengikuti hingga Rachel tiba dihadapan Ryan. Wanita tua itu langsung membuka suaranya. "Jadi ini selingkuhanmu? Pantas kamu ingin cepat berpisah dari Septian, ternyata telah ada penggantinya. Sudah mandul, selingkuh, dan miskin lagi. Syukur anakku akan segera terlepas darimu!" ucap Mama Reni dengan emosi. Ryan yang ingin membalas ucapan dari Mama Reni di tahan oleh Rachel. Dia tidak mau terjadi pertengkaran antara mama mertuanya dan Ryan. "Maaf, Ma. Terserah apa pun yang ingin mama katakan. Aku tak peduli. Aku pamit!" ucap Rachel. Dia menarik tangan Ryan untuk masuk ke dalam mobil agar pria itu tidak mengeluarkan kata-kata dari mulutnya yang kadang menyakitkan. Mobil langsung melaju meninggalkan halaman gedung pengadilan agama itu. Mama Reni yang melihat itu menjadi geram. Saat Septian berjalan keluar ruangan, dia melihat mamanya dan Dita di halaman sambil mengomel. "Ada apa, Ma? Kenapa di sini?" tanya Septian melihat ibunya yang mengomel. "Istrimu itu, dikira mama cupu ternyata suhu. Dia selingkuh dengan pria kaya dan tampan darimu. Pantas saja ingin secepatnya bercerai denganmu," ucap Dita. "Maksudmu aku ini tak tampan dan miskin?" tanya Septian dengan sedikit emosi. Dita terdiam dan tak berani menatap wajah Septian karena pria itu terlihat emosi. Mama Reni yang mendengar ucapan Dita juga tampak sedikit kurang suka. Dia berpikir jika Rachel berpisah dari anaknya akan menjadi gembel, tapi yang terlihat menantunya itu makin terlihat cantik dan terawat. "Kamu bisa berpikir dulu tak sebelum mengucapkan sesuatu. Apa kurangnya anakku ini? Dia juga tampan dan tajir. Seorang manajer!" ucap Mama Reni dengan penuh emosi. "Ya, Bu," jawab Dita dengan lemah. Dia tidak boleh membuat mama Reni marah, bukankah dia ingin mengambil hati wanita itu? Mereka bertiga pulang dengan perasaan dongkol. Dalam perjalanan tidak ada yang membuat suara. Semuanya terdiam larut dalam pikiran masing-masing. Sampai di rumah Septian langsung masuk ke kamar. Dia masih belum terima karena Rachel menggugat cerai dirinya. Dengan perasaan kesal, Septian melempar vas bunga ke dinding. Dia tidak bisa terima melihat perubahan sikap dan penampilan sang istri. Dia cemburu melihat sang istri dekat dengan pria lain. Septian pikir, Rachel tak akan bisa hidup tanpa dirinya. Tetapi, dugaannya ternyata salah. Wanita itu bahkan jauh lebih bersinar setelah berpisah dengannya. Sementara itu, di dalam mobil Ryan pria itu masih kesal karena tadi Rachel melarang dirinya untuk melawan mulut mama Reni yang pedas, seperti bon cabe level dua puluh. "Kenapa diam? Masih marah?" tanya Rachel. "Kamu itu bisa tak, jadi orang jangan terlalu baik? Kita boleh saja baik, tapi di saat harga diri diinjak, jangan hanya diam dan menerima saja. Bisa jadi bodoh kalau terlalu baik," ucap Ryan dengan nada kesal. "Aku hanya tak ingin ribut. Itu di tempat terbuka. Tidak enak jika ada yang melihat," balas Rachel. "Justru itu lebih baik, biar semua tahu jika kamu memiliki mertua yang judes bin cerewet," ucap Ryan. "Biar saja waktu yang akan membuktikan gimana mereka. Tak perlu membalas, jika Tuhan memberi kita umur panjang, kita akan melihat karma menimpanya," ujar Rachel. "Kesabaranku hanya setipis tisu dibagi delapan," balas Ryan. Rachel tertawa mendengar ucapan sepupunya itu. "Ryan, aku mau ke supermarket dulu. Kamu bisa kembali ke kantor. Tinggalkan saja aku di sana. Pulang nanti aku bisa dengan taksi. Terima kasih karena kamu selalu ada untukku," ucap Rachel. "Jangan berterima kasih. Aku tidak melakukan semua tanpa pamrih. Aku ingin kamu segera pisah dan memimpin perusahaan lagi. Aku mau fokus dengan usahaku sendiri," balas Ryan. "Semoga secepatnya aku bisa memimpin. Tapi aku pasti akan tetap membutuhkan saran darimu," ucap Rachel. Setengah jam perjalanan, mobil berhenti di sebuah mall yang sangat besar dan lengkap. Rachel keluar dari mobil setelah pamit dengan sepupunya itu. Dia ingin menghilangkan suntuk dengan belanja beberapa baju dan mempercantik diri. "Akan aku perlihatkan pada dunia, jika aku bisa hidup tanpa pria itu. Aku justru bahagia karena bisa kembali ke sikap dan sifat asliku, kembali ke jati diriku. Tidak perlu menjadi orang lain hanya untuk menyenangi perasaan orang lain," gumam Rachel pada diri sendiri.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN